30 Maret 2011

Tekhnik Menulis Berita

a.  Membuat Judul
                Judul berita memang bukan merupakan hal yang urgen dalam penulisan berita. Tapi bisa menjadi hal yang vital. Sebelum membaca isi berita pembaca cenderung membaca judulnya lebih awal. Ketika judul tidak menarik, pembaca akan enggan untuk membaca isinya.
                Maka usahakan dalam membuat judul mudah dimengerti dengan sekali baca, juga menarik, sehingga mendorong pembaca mengetahui lebih lanjut isi berita. Tapi judul yang menarik belum tentu benar dalam kaidah penulisan judul. Pada dasarnya judul seharusnya mencerminkan isi berita. Jadi disamping mencerminkan isi dan menarik. Judul perlu kejelasan asosiatif setiap unsure subjek, objek dan keterangan.
Selain itu dalam menuliskan judul juga bisa menggunakan kalimat langsung, artinya mengutip langsung ungkapan dari narasumber. Biasanya suatu pernyataan itu mengarah subjek yang melontarkan, untuk menjelaskan subjek (nama-nama narasumber atau sebuah kegiatan maka digunakan kickers (pra judul). Atau jika tidak menggunakan  kickers, penulisan judul dalam dua tanda petik.

b. Pembuatan Lead
                lead merupakan paragraph awal dalam tulisan berita yang berfungsi sebagai kail sebelum masuk pada uraian dalam tulisan berita. Ada beberapa maca lead yang bisa digunakan dalam menulis berita:
  1. Lead ringkasan: Biasanya dipakai dalam penulisan "Berita keras". Yang ditulis inti beritanya saja, sedangkan interesting reader diserahkan kepada pembaca, lead ini digunakan karena adanya persoalan yang kuat dan menarik.
  2. Lead  bercerita: Ini digemari oleh penulis cerita fiksi karena dapat mebarik dan membenamkan pembaca alur yang mengasikkan. Tekhniknya adalah membiarkan pembaca menjadi tokoh utama dalam cerita.
  3. Lead pertanyaan: Lead ini efektif apabila berhasil menantang pengetahuan pemabaca dalam mengenal permasalah yang diangkat.
  4. Lead menuding langsung: Biasanaya melibatkan langsung pembaca secara pribadi, rasa ingin tahu mereka sebagai manusia diusik oleh penudingan lead oleh penulis.
  5. Lead Penggoda: Mengelabui pembaca dengan acara bergurau. Tujuan utamanya menggaet perhatian pembaca dan menuntunnya supaya pembaca habis cerita yang ditawarkan.
  6. Lead Nyetuk: Lead yang menggunakan puisi, pantun, lagu atau yang lain. Tujuannya menarik pembaca agar menuntaskan cerita yang kita atawrkan. Gays lead ini sangat has dan ekstrim dalam bertingkah.
  7. Lead Deskriptif: Menciptakan gambaran dalam pikiran pembaca tentang seorang tokoh atau suatu kejadian, Lead ini banyak digemari wartawan ketka menulis feature profil pribadi.
  8. Lead Kutipan: Lead yang mengutip perkataan, statement, teori dari orang terkenal.
  9. Lead Gabungan: Lead yang menggabungkan dua atau lebih macam lead yang sudah ada. Semisal lead kutipan digabung dengan lead deskriptif.

c. Pembuatan Ending
Untuk menutup ending atau  ending story, ada beberapa jenis:
  1. Penyegar: penuto yang biasanya diahiri kata-kata yang mengagetkan pembaca dan seolah-olah terlonjak
  2. Klimaks: penutup ini ditemukan pada cerita yang ditulis secara kronologis.
  3. Tidak ada penyelesaian: penulis mengahiri cerita dengan memberikan sebuah pertanyaan pokok yang takterjawab. Jawaban diserahkan pada pembaca untuk membuat solusi atau  tanggapan tentang permasalahan yanga ada.

d. Alur Penulisan
Kita sering membaca sebuah tulisan, tapi setelah selesai kita tidak tahu apa yang dikatakan dan yang dimaksud oleh tulisan tersebut. Dalam kasus ini, sebagai penulis ia gagal msnyampaikan ide/pikiran pada pembaca. Ada dua kemungkinan kenapa pembaca tidak memahami tulisan tersebut. Pertama bahasa yang digunakan penulis. Kedua, alur tulisan yang tidak terarah. Jika yang terjadi adalah factor kedua maka penulis telah melakukan kesalahan yang sangat fatal.
 Ada beberapa hal yang dapat dijadikan acuan:
1.        Sebab- akibat
2.        Akibat- sebab
3.        Diskriptif-kronologis
 
BAHASA JURNALISTIK
Bahasa jurnalistik sewajarnya didasarkan atas terbatasnya ruang dan waktu. Salah satu sifat dasar jurnalisme menghendaki kemampuan komunikasi capat dalam ruang dan waktu yang relative terbatas. Dengan demikian diobutuhkan suatu bahasa jurnalistik yang lebih efisien. Dengan efisien dimaksudkan lebih hemat dan lebih jelas.
Asas hemat dan jelas ini sangat penting buat seorang jurnalis dalam usaha kearah efisiensi dan kejelasan dalam tulisan. Penghematan diarahkan kepada penghematan ruang dan waktu. Ini bisa dilakukakn didua lapisan. (1) unsur kata, dan (2) unsur kalimat.
a.        Penghematan.
Unsur Kata
1.        beberapa kata indinesia sebenarnya bisa dihemat tanpa mengorbankan tata bahasa dan jelasnya arti. Misalnya
agar supaya  menjadi  agar, supaya
akan tetapi   menjadi   tapi
apabila           menjadi   bila
sehingga        menjadi   hingga
meskipun        menjadi   meski
walaupun       menjadi   walau
tidak                menjadi   tak 
(kecuali diujung kalimat atau berdiri sendiri)
2.        kata daripada atau dari pada juga bisa disingkat jadi dari misalnya:
" keadaan lebih baik dari pada zaman sebelum perang", menjadi "keadaan lebih baik dari sebelum perang", tapi mungkin masih janggal mengatakan:: "dari hidup berputi mata, lebih baik  mati berputih tulang".
3.        Beberapa kata mempunyai sinonim yang lebih pendek. Misalnya:
kemudian        = lalu
makin              = kian
terkejut            = kaget
sangat            = amat
demikian         = begitu
sekarang        = kini
catatan: dua kata yang bersamaan arti belum tentu bersamaan efek, sebab bahasa bukan hanya soal perasaan. Jadi dalam soal memilih sinonim pendek perlu mempertimbangkan rasa bahasa.

Penghematan Unsur Kalimat
Lebih efektif penghematan kata adalah penghematan melalui struktur kalimat. Banyak contoh pembuatan kalimat dengan pemborosan kata.
  1. pemakaian kata yang sebenarnya tak perlu, diawal kalimat, misalnya:
-          "adalah merupakan kenyataan, bahwa pencaturan politik internasional berubah-ubah setiap zaman". (bisa disingkat: "merupakan kenyataan, bahwa………….")
-          "apa yang dikatakan Wijoyo Nitisastro sudah jelas. (bisa disingkat: " yang dikatakan Wijoyo Nitisastro").
  1.  pemakaian apakah atau apa (mungkin pengaruh bahasa daerah) yang sebenarnya bisa ditiadakan misalnya:
-          "apakah Indonesia akan terus tergantung  pada bantuan luar negeri" (bisa disingkat: "akan terus tergantungkah Indonesia")
-          "baik kita lihat, apa(kah) dia dirumah atau tidak, bisa disingkat "baik kita lihat dia dirumah atau tidak"
  1. pemakaian dari sepadan dengan of (inggris) dalam hubungan milik yang sebenarnya bisa ditiadakan: juga dari pada misalnya:
-          " dalam hal ini pengertian dari pemerintah diperlukan" bisa disingkat:" dalam hal ini pengertian pemerintah diperlukan".
-          "sintaksis adalah bagian dari pada  tata bahasa" bisa disingkat: "sintaksis adalah bagian tata bahasa".
  1. pemakaian untuk sepadan dalam to (inggris) yang sebenarnya dapat ditiadakan. Misalnya:
-          "Unisoviet cenderung untuk mengakui hak-hak India ", bisa disingkat "Unisoviet cenderung megakui hak-hak India".
-          "pendirian semacam itu mudah untuk dipahami" menjadi "pendirian semacam itu mudah dipahami".
Catatan:
Dalam kalimat: "mereka setuju untuk tidak setuju", kata untuk demi kejelasan dipertahankan 
  1. pemakaian adalah sepadan dengan is atau are (inggris) tak selamanya perlu: misalnya:"kera adalah binatang pemamah biak" bisa disingkat "kera binatang pemamah biak".
Catatan: dalam struktur kalimat lama, adalah  ditiadakan, tapi kata itu ditambahkan, misalnya dalam kalimat: "pikir itu pelita hati". Kita bisa memakainya meski lebih baik dihindari, misalnyakalua kita harus menerjemahkan "man is a better driver than women", bisa mengacaukan bila disalin:"pria itu pengemudi yang lebih baik dari pada wanita".
  1. pembunuhan akan, telah, sedang sebagai penunjuk waktu sebenarnya bisa dihapuskan, kalau ada keterangan waktu. Misalnya:
-          "presiden besok akan meninjau pabrik ban Goodyear" bisa disingkat "presiden besok meninjau pabrik"
-          "tadi telah dikatakan………" bisa disingkat "tadi dikatakan"
-          "kini Clay sedang sibuk mempersiapkan diri " bisa disingkat "kini Clay mempersiapkan diri"
  1.  pembunuhan bahwa  sering bisa ditiadakan:
misalnya:
-          "Gubernur Ali Sadikin membantah desas desus yang mengatakan bahwa ia akan diganti".
-          "Tidak diragukan lagi bahwa ialah orang yang tepat" bisa disingkat "tidak diragukan ia lah orangnya yang tepat".
Catatan:  sebagai ganti bahwa ditaruhkan koma, atau pembuka (;), bila perlu
  1. yang, sebagai penghubung kata benda dengan kata sifat, kadang juga bisa ditiadakan dalam konteks kalimat tettentu misalnya:
-          "Indinesia harus menjadi tetangga yang baik dari Australia" bisa disingkat  "Indonesia harus menjadi tetangga yang baik Australia"
-          "kami adalah pewaris yang sah dari kebudayaan dunia"
  1. pembentukan kata benda (ke +…+ an atau pe +…+ an) yang berasal dari kata kerja kata sifat, kadang meski tak selamanya menambah beban kalimat dengan kata yang sebenarnya tak perlu. Misalnya:
-          "PN sedang menderita kerugian Rp. 3 juta" bisa disingkat " PN sedang rugi Rp. 3 juta".
-          "ia telah tiga kali melakukan penipuan tehadap saya" bisa disingkat " ia telah tiga kali menipuan tehadap saya".

b. Kejelasan
Setelah dikemukakan 16 pasal yang merupakan pedoman dasar bagaimana penghematan dalam menulis, dibawah ini pedoman dasar kejelasan dalam menulis. Menulis secara jelas membutuhkan perasyarat:
1.        penulisan harus memahami betul soal yang mau ditulisnya, bukan pura-pura paham atau belum yakin benar akan pengetahuan sendiri.
2.        penulis harus punya kesadaran tentang pembaca.


Kejelasan Unsur Kata
1.        Berhemat dengan kata-kata asing.
Dewasa ini begitu derasnya arus istilah-istilah asing dalam pers kita. Misalnya: income percapita, meet the press, steam-bath,midnight show, project officer, floating mass, program-oriented, floor-price, City Hall, upgrading, the best photo of the  year, reshuffle, approach, single, seeded.dan lain lagi. Kata-kata itu sebenarnya bisa diterjemahkan, tapi dibiarkan begitu saja sementara diketahui bahwa tingkat pelajaran bahasa inggris sedang merosot, bisa diperhitungkan sebentar lagi pembaca Koran Indonesia akan terasing  dari informasi, mengingat timbulnya jarak bahasa yang kian melebar. Apalagi jika i diingat rakyat rakyat kebanyakan memahami bahasa inggris sepatahpun tidak.
Sebelum terlambat, ikhtiar menterjemah kata-kata asing yang relative mudah diterjemah harus segera dimulai. Tapi sementara ini diakui perkembangan bahasa tak berdiri sendiri melainkan di topang perkembangan sector kebudayaan lain. Maka sulitlah kita mencari terjemah dari lunar module feasibility study, after shafe-lotion,, drive-in, pant-sul dari perbendaharaan kata-kata asing.
Tehnical know-how, backhand drive, smash, slow motion, enterperneur, boom, longplay, crash program, buffet dinner, double-breast, dll. Karena pengertian-pengertian itu tak berasal dari perbendaharaan cultural kita. Walau ikhtiar mencari salinan Indonesia yang tepat dan enak (misalnya bell-bottom dengan "cutbray") tetap perlu.
2.        menghindari sejauh mungkin akronim
setiap bahasa mempunyai akronim tapi agaknya sejak lima belas tahun yang kemarin, berbahasa Indonesia bertambah gemar mempergunakan akronim, hingga sampai hal-hal yang kurang perlu. Akronim mempunyai manfaat menyingkap ucapan dan penulisan dengan cara dan mudah diingat. Dalam bahasa Indonesia, yang kata-katanya bersuku, kata tunggal, dan yang rata-rata dituliskan dengan banyak huruf, dan kecenderungan membentuk akronim lumrah "Hankam", "Bappenas", "Daswati", "Humas", memang lebih ringkas dari "pertahanan dan keamanan", "Badan Perencanaan Pembangunan Nasional", "Daerah Swantara Tingkat", dan "Hubungan Masyarakat"
tapi kiranya akan teramat membingungkan kalau kita seenaknya saja membikin akronim sendiri dan selalu sering, disamping itu, perlu diingat ada yang membuat akronim untuk alat praktis dalam dinas (misalnya yang dilakukan kalangan ketentaraan) ada yang membaut akronim untuk bergurau, mengejek, dan mencoba lucu (misalnya dikalangan remaja sehari-hari: (ortu) untuk (orang tua), (keruk nasi) untuk (kerukunan nasional). Tapi ada juga yang membaut akronim atau menciptakan efek propaganda dalam permusuhan politik, misalkan: (manikebu) untuk ( manifestasi kebudayaan), (Nikolin) untuk (neo kolonialisme), (cinkom) untuk (cina komunis), (asu) untuk (Ali Suracman).
Bahasa jurnalistik dari sikap objektif, seharusnya menghindarkan akronim jenis yang terakhir. Akronim bahas apojok sebaiknya juga dihindarkan dari bahasa pemberitaan, misalnya (Djagung) untuk (jaksa agung). (Gepeng) untuk (gerakan penghematan), (sas-sus) untuk (desas desus). Karena akronim bisa menghamburkan pengertian kata-kata yang diakronimkan

Kejelasan unsur kalimat
Seperti halnya dalam  asas penghematan, asas kejelasan juga lebih efektif jika dilakukan dalam struktur kalimat. Satu-satunya untuk itu ialah dihindarkannya kalimat-kalimat majemuk yang paling panjang kalimatnya: terlebih-lebih lagi jika kalimat majemuk itu bercucu kalimat.

1 komentar: