30 Mei 2011

Duniaku Kuburanku

Kabarku terkubur melebur
Sisaku mengais sesak nuraniku
Kabarkan aku pada langit
pada malam
dan juga pada orang yang menghujatku
Aku tlah mati dari nafasmu
Kuburku terkabar melebar
tentang alam bumiku
yang menarik belenggu nasibku
Hening... hening...
Sang gagak berteriak lepas
di atas kuburku yang kering
Tak ada air, tak ada matahari
tak ada harapan dan hari esok



Renungan Sebelum Terlelap I

Mengusir rasa sepi dengan mencoba mengutak-atik kembali kenangan-kenangan yang pernah datang dan kemudian pergi. Secara sederhana –jika menimbang dan diukur dengan waktu – memang tak ada gunanya, dan buang-buang waktu saja. Tapi, aku yakin dengan memelihara kenangan inilah aku bisa bertahan dan melanjutkan sisa hidup. 
Pernah ada kehendak untuk mengubur semua lembar kisah yang telah terlewati, bahkan ada keinginan untuk menghilangkan semuanya. Tapi, aku rasa apalagi yang aku punya dan miliki selain kenangan demi kenangan ini, meski pun manis atau sakit, kisah itu adalah milikku dan hanya aku yang berhak memilikinya. “Aku pernah bermimpi menjalani hidup dan bahagia dengan cinta” Cinta, – mudah-mudahan aku tetap memilikinya – aku baru sadar dan paham bahwa tak mudah untuk menafsirkan makhluk yang satu ini. 
Kadang ia begitu manis, menghapus dahaga bagi mereka yang kehausan. Dan tak jarang juga membuat mati rasa bagi mereka yang ditinggalkannya. 
Aku sendiri tak tahu harus dikatagorikan apa dengan kondisiku sekarang?, mati rasakah, bahagiakah, menderitakah, ah entahlah, aku sendiri tak berani memaknai keadaanku saat ini. Yang jelas dan pastinya cinta telah jauh pergi meninggalkanku. 
“Dengan cinta kita bisa mengubah hidup, dengan cinta pula hidup menjadi tak bermakna.” Mungkin saja kata-kata di atas jauh dari benar, dan bahkan malah menjauhkan dari makna cinta yang sebenarnya. 
Tapi, secara pribadi aku memahami dan menafsirkan makna cinta seperti itu, itu pun sejauh pengalaman yang pernah aku lalui dan jalani. Yah, dengan cinta aku pernah menggantungkan cita dan cinta setinggi bintang di langit, aku juga sempat berani bermimpi melampaui kenyataan yang sebenarnya berada di depanku. Selain itu, dengan cinta pula aku sempat membingkai harapan untuk menghabiskan sisa hidupku, “Cinta, sampaikan aku pada titik puncak kebahagaiaan,” mungkin itulah kalimat yang tepat untuk menggambarkan warna hatiku saat itu. Cinta, cinta dan cinta, aku benar-benar terbuai. 
“Dengan cinta pula aku seperti mati rasa”. Bisa jadi salahku adalah karena tak pernah berusaha memahami eksistensi makna cinta, sehingga dia benar-benar meninggalkanku, jauh pergi tanpa meninggalkan jejak. Atau mungkin karena baginya aku masih belum mampu mengamban amanahnya, sehingga ia mengambilnya kembali. “Aku benar-benar mati rasa,” Mengapa aku harus mati rasa????, bukankah cinta membahagiakan, mengubah hidup lebih berwarna, mampu menyulap apapun menjadi sangat berarti, sederhananya dengan cinta hidup lebih hidup. Ups, tunggu dulu. Jauh sebelum mengenal cinta, aku lebih dulu mengenal penderitaannya. 
Bagaimana tidak, untuk mendapatkan dan diakui sebagai sang pecinta saja aku harus menggadaikan perasaanku, mengorbankan waktuku untuknya, berlama-lama dan berteman dengan kesedihan. Lantas, apakah aku mnyesal???, yang pasti tidak. Sebab bagiku apa yang telah aku lakukan sebagai bentuk pengabdianku pada cinta itu sendiri, sebagai manifestasi dari penghormatanku pada cinta. 
Tapi, apakah cinta harus dilalui dengan cara seperti itu dulu??, menderita, berduka dan lain-lain???. Ada banyak jalan yang bisa dilalui, termasuk melewati pointu itu. 
“Menderitalah terlebih dahulu, setelah itu kau akan merengkuh kebahagiaan,” kata salah satu tokoh filosof. Dan aku telah melewati pintu itu sebelum mengenal cinta. “Cinta, dimanakah kau kini???” Cinta kau pernah hadir ditengah-tengah kehidupan kami (aku dan dia), Kau perkanlakan kami pada suka, duka dan indahnya perbedaan. Kau juga taukan hati kami untuk menjalani hidup Kau ajari kami tentang kesempurnaan dan kekurangan Kau tuntun kami pada Ilahi Dan kau antarkan kami pada puncak kebahagiaan…. 
Namun, kini kau t’lah pergi… Meninggalkan jejak luka pada hati kami… Meninggalkan sepenggal kisah pada lembaran hari-hari kami…. Meninggalkan isak air mata pada detik-detik sisa hidup kami…. Kini kau telah pergi, meninggalkan bekas di hati…. Ada apa dengan dia cinta, kenapa dia tiba-tiba pergi meninggalkanku, tanpa memberikan kesempatan padaku untuk mengetahui alasan atas kepergiannya. 
Begitu terburu-buru. Padahal aku punya sesuatu utnuknya. Apakah ada orang yang memintanya untuk meninggalkanku?, apakah ada yang mempengaruhinya supaya pergi dariku?, benarkah dia tak lagi nyaman denganku?. Ah, sederet pertanyaan itu lagi-lagi muncul dalam benakku. 
Padahal pada perinsipnya dia sebenarnya tahu betapa rapuhnya aku. Tanpanya apalah arti hari-hariku, takkan lagi berarti cita dan harapan, takkan berguna lagi apa yang aku capai, selain hanya kehampaan. Tapi cinta, jika mengingat kembali pada apa yang pernah terjadi aku seperti tak percaya. 
Dirinya begitu bersikeras untuk melepas dirimu dariku, ia begitu ngotot meninggalkan beranjak pergi dariku. Kala itu, aku tak bisa berbuat apa-apa, pun untuk sekedar menahan keinginannya. Selain hanya pasrah dan berdoa semoga tabah jiwaku. Tapi ia tetap saja pergi meninggalkan kau dan aku. 
Cinta, saat itu pula aku sudah menyimpuli bahwa dia lupa akan diriku, dia tak mengenal siapa diriku lagi. Yang ada dalam benaknya segera pergi meninggalkanku dengan raut kemarahan dan kebencian padaku. 
Cinta, yang lebih menyedihkan dan membuatku tak percaya adalah tuduhannya terhadapku tentang apa yang sebenarnya tak pernah aku lakukan. Hingga kini semunya tetap terasa samar, tak jelas penyebab dari semunya, tiba-tiba pergi, hilang dan lenyap tak kembali. Cinta, kemarin aku bertemu dengannya, tapi tetap saja wajahnya beku, seakan menahan amarah dan kebencian padaku. 
"Pada sepi yang tiba….. 
Keyakinanku yang rapuh Kuusik sendiri... 
Wajahmu tak tahu berjanji 
Dalam sinar baur kabur Dan bunyi seretan sandal 
Kusumpahi engkau Yang terus membuntutiku 
Membuntukan seluruh perjalananku..." 
"Kematian adalah tantangan, 
Kematian mempertegas kita untuk tidak melupakan waktu, 
Kematian memberi tahu kita untuk saling mengatakan saat ini juga bahwa.... 
kita saling mencintai..." 

Kenangan-kenangan, terkadang aku benci dengannya, lakunya hanya meninggalkan luka dan air mata, toh terkadang juga menyisakan senyum tapi tetap saja aku merasa keberatan. Pernah suatu ketika, aku berusaha meninggalakan kenangan-kenanganku. Dengan cara beranjak pergi jauh menghilang darinya, berharap akan lupa tentang segalanya – termasuk lembar demi lembar kisahku dengannya -,. 
Gila memang, dengan berbekal nekat dan sakit hati, aku menyebrangi pulau jawa. Tujuanku jelas - Jl. Simpang Lima Blok D 16 Sumatera Barat – rumah Pak De Yusuf (Kaka ke III dari ayahku), tanpa ada yang tahu, diam-diam aku berangkat ke sana. Yah, aku benar-benar anak durhaka, telah membuat keluargaku kalang kabut mencariku. 
Tapi bagiku saat itu kedamaian dalam jiwaku yang utama, mungkin saja, dengan menjauh dari dimana kenangan itu bermula aku bisa mendapatkan ketenangan hati dan membuka lembaran hidup yang baru. Tapi dasar hati yang tak mau diajak berdamai, dia seperti hantu, kemana aku pergi s’lalu saja menguntit. Yang lebih gila dan nekat, aku pernah mencoba menghabisi nyawaku sendiri, dengan harap kenangan itu ikut keluar bersama darah yang tercecer melalui urat nadi tanganku, bahkan dua kali aku mencobanya. 
Pertama di Pesantrenku tapi digagalkan oleh salah satu sahabat karibku dan yang kedua di rumahku, sayangnya ayah keburu menyadarkaknku dengan tamparan keras mendarat tepat di pipiku. 
Hemmm….Allah benar-benar menyayangiku meski dengan cara yang pahit dan getir, “Seharusnya kau lebih tegar dengan cobaan ini, tak kasihankah kau pada ayah dan ibu???, apakah kau lupa pada cita-citamu, yang penting bukan dirimu yang mengakhiri kisahmu, seharusnya kau bahagia dengan apa yang telah ia lakukan padamu,” cercah ayah sambil memelukku erat. 
Rumah baruku…. 
Harapan seluruh keluargaku…. 
Kini kau telah ternodai oleh darah kotorku 

Bandilan 15/05/2011

24 Mei 2011

Filsafat Pra Socrates

Pada Umumnya pemikiran teoritis it memiliki kaitan yang erat dengan lingkungan tempat pemikiran itu dilakukan dan pemikiran teoritis itu permulaan lahirnya filsafat di Yunani pada abad ke-6 sebelum masehi da Yunani merupakan tempat dimana pemikiran ilmiah mulai tumbuh dan pada zaman itu lahirlah para pemikir yang mengarah dan menyebabkan filsafat itu dilahirkan. Cirri-ciri umum filsafat Yunani adalah rasionalisme. Rasionalisme Yunani itu mencapai puncaknya pada orang-orang sophis untuk melihat rasionalisme sofis perlu dipahami lebih terdahulu latar belakangnya. Latar belakang itu terletak pada pemikiran filsafat yang ada sebelumnya. Pada bab selanjutnya penulis akan membahas tentang filsafat pra Socrates dan tokoh-tokoh filsafat Yunani kuno beserta pemikirannya. A. Masa Pemikiran Filsafat pra-Socrates Filsafat Pra Socrates adalah filsafat yang dilahirkan karena kemenangan akal atas dongeng atau mite-mite yang diterima dari agama yang memberitahukan tentang asal muasal segala sesuatu. Baik dunia maupun manusia para pemikir atau ahli filsafat yang disebut orang bijak yang mencari-cari jawabannya sebagai akibat terjadinya alam semesta beserta isinya tersebut. Sedangkan arti filsafat itu sendiri berasal dari bahasa Yunani yaitu philosophia artinya bijaksana/pemikir yang menyelidiki tentang kebenaran-kebenaran yang sebenarnya untuk menyangkal dongeng-dongeng ataui mite-mite yang diterima dari agama. Pemikiran filusuf inilah yang memberikan asal muasal segala sesuatu baik dunia maupun manusia yang menyebablan akal manusia tidak puas dengan keterangan dongeng atau mite-mite tersebut dengan dimulai oleh akal manusia untuk mencari-cari dengan akalnya dari mana asal alam semesta yang menakjubkan itu. Mite-mite tentang pelangi atau bianglala adalah tempat para bidadari turun dari surge, mite ini disanggah oleh Xenophanes bahwa “pelangi adalah awan” dan pendapat Anaxagoras bahwa pelangi adalah pemantulan matahari pada awan (pendapat ini adalah pendapat pemikir yang menggunakan akal). Dimana pendekatan yang rasional demikian menghasilkan suatu pendapat yang dikontrol, dapat diteliti oleh akal dan dapat diperdebatkan kebenarannya. Para pemikir filsafat yang pertama hidup dimiletos kira-kira pada abadke 6 SM, dimana pada abad tersebut pemikiran mereka disimpulkan dari potongan-potongan yang diberitakan oleh manusia dikemudian hari atau zaman. Dan dapat dikatakan bahwa mereka adalah filsafat alam artinya para ahli fikir yang menjadikan alam yang luas dan penuh keselarasan yang menjadi sasaran para ahli filsafat teresbut (obyek pemikirannya adalah alam semesta). Tujuan filosofi mereka adalah memikirkan soal alam besar dari mana terjadinya alam itulah yang menjadi sentral persoalan bagi mereka, pemikiran yang demikian itu merupakan pemikiran yang sangat majuu, rasioanl dan radikal. Sebab pada waktu itu kebanyakan orang menerima begitu saja keadaan alam seperti apa yang dapat ditangkap dengan indranya, tanpa mempersoalkannya lebih jauh. Sedang dilain pihak orang cukup puas menerima keterangan tentang kejadian alam dari cerita nenek moyang. B. Beberapa Tokoh Filsafat Yunani Para filosof itu tergolong dalam filosof alam. Para filosof alam tersebut tidak mempercayai cerita-cerita yang demikian dan menganggapnya sebagai takhayul yang tidak masuk akal, karena itulah mereka berusaha untik mendapatkan keterangan tentang inti dasar alam itu dari daya pikirnya sendiri, maka mereka pantas mendapat sebutan sebagai pemikir yang radikal karena pemikiran mereka sampai pada akar (radik=akar) dari alam yang dipersoalkan. a) Thales (625-545 SM) Thales adalah seorang saudagar yang banyak berlayar ke negeri Mesir, ia juga seorang ahli politik yang terkenal di Miletos saat itu masih ada kesempatan baginya untuk mempelajari ilmu matematik dan astronomi. Ada yagn mengatakan bahwa Thales mempergunakan kepintarannya itu sebagai ahli nujum. Karena pada suatu waktu ia pernah meramalkan aka nada gerhana matahari pada bulan itu dan tahun itu dan ramalan itu benar. Hal itu menyatakan bahwa ia mengetahui ilmu matematik orang Babilonia yang sangat tersohor pada waktu itu. Dengan jala berfikir Thales mendapat keputusan tentang soal besar yang senantiasa mengikat perhatian; apa asal alam itu? Apa yang menjadi sebab penghabisan dari segala yang ada? Berdasarkan pengalamannya sehari-hari dijadikanlah pikirannya untuk menyusun bangun alam sebagai orang pesisir ia dapat melihat bahwa air laut menjadi smber hidup. Thales pula kemegahan air laut yang menjadikan ia takjub. Demikianlah laut meyebarkan bibit seluruh dunia yang menjadi dasar penghidupan. Pandangan pikirannya menyatukan semua pada air. b) Anaximandros (640-547) Anaximandros adalah salah satu murid Thales. Anaximandros adalah seorang ahli astronomi dan ilmu bumi. Meskipun oa murid Thales namun ia mempunyai prinsip dasar alam satu akan tetapi bukanlah dari jenis benda alam seperti air sebagai mana yang dikatakan oleh gurunya. Prinsip dasar alam haruslah dari jenis yang tak terhuitung dan tak terbatas yang oleh dia disebut Apeiron yaitu zat yang tak terhingga dan tak terbatas dan tidak dapat dirupakan tidak ada persamaannya dengan apapun. Meskipun tentang teori asalm kejadian alam tidak begitu jelas namun dia adalah seorang yang cakap dan cerdas dia tidak mengenal ajaran Islam atau yang lainnya. c) Anaximenes (585-494 SM) Menurut Anaximenes prinsip yang merupakan asal usul segala sesuatu adalah udara. Udara melahirkan semua benda dalam alam semesta ini karena suatu proses “pemadatan dan pengeceran”, kalau udara semakin bertambah maka muncullah berturut-turut angin, air, tanah dan akhirnya batu. Sebaliknya kalau udara itu menjadi encer yang timbul adalah api. Pandangan Anaximenes tentang susunan jagat raya pasti merupakan kemunduran dibandingkan dengan Anaximandros. Menurut Anaximenes bumi yang berupa meja bundar katanya melayang diatas udara. Demikian pun matahari, bulan dan bintang-bintang. Badan-badan jasad raya itu tidak terbenam dibawah bumi sebagaimana yang dipikirkan Anaximandros tetapi mengelilingi bumi yang datar itu, matahari lenyap pada waktu malam karena tertutup dibelakang bagian-bagian tinggi. d) Pythagoras (580-500 SM) Pythagoras lahir dipulau Samos yang termasuk daerah Ionia dalam kota ini Pythagoras mendirikan suatu tarekat beragama yang sifat-sifatnya akan dibicarakan di bawah ini. Tarekat yang didirikan Pythagoras bersifat religious, mereka menghomati dewa Apollo. Menurut kepercayaan Pythagoras manusia asalnya tuhan jiwa itu adalah penjelmaan dari tuhan yang jatuh kedunia karena berdosa dan dia akan kembali kelangit kedalam lingkungan tuhban bermula, apabila sudah habis dicuci dosanya itu, hidup didunia ini adalah persediaan buat akhirat. Sebab itu semula dari sini dikerjakan hidup untuk hari kemudian. Pythagoras tersebut juga sebagai ahli pikir. Terutama dalam ilmu matematik dan ilmu berhitung. Falsafah pemikirannya banyak diilhami oleh rahasia angka-angka. Dunia angka adalah dunia kepastian dan dunia ini erat hubungannya dengan dunia bentuk. Dari sini dapat dilihat kecakapannya dia dalam matematik mempengaruhi terhadap pemikiran filsafatnya sehingga pada segala keadaan ia melihat dari angka-angka dan merupakan paduan dari unsure angka. e) Heraklitos (540-480 SM) Ia lahir dikota Ephesos diasi minor, ia mempunyai pendangan yang berbeda dengn filosof-filosof sebelumnya. Ia menyatakan bahwa asal segala suatu hanyalah satu yakni api. Ia memandang bahwa api sebagai anasir yang asal pandangannyasemata-mat tidak terikat pada alam luaran, alam besar, seperti pandangan filosof-filosof Miletos. Segala kejadian didunia ini serupa dengan api yang tidak putusnya dengan bergantu-ganti memakan dan menghidupi dirinya sendiri segala permulaan adalah mula dari akhirnya. Segala hidup mula dari pada matinya. Didunia ini tidak ada yang tetap semuanya mengalir. Tidak sulit untuk mengerti apa sebab Heraklitos memilih api. Nyala api senantiasa memakan bahan bakar yang baru dan bahan bakar itu dan berubah menjadi abu dan asap. Oleh karena itu api cocok sekali untuk melambangkan suatu kesatuan dalam perubahan. Filsafat Pra Socrates adalah filsafat yang dilahirkan karena kemenangan akal asas atas dongeng atau mite-mite yang diterima dari agama yang memberitahukan tentang asal muasal segala sesuatu. Dan filsafat pra Socrates ditandai usaha mencari asal (asas) segala sesuatu (arche) tidakkah dibalik keanekaragaman realitas di alam semesta itu hanya satu azas? Thales mengusulkan air, Anaximandros: yang tak terbatas, Anaximenes: api-udara-tanah-air, Pythagoras dikenal oleh sekolah yang didirikannya untuk merenungkan hal itu. Herakleitos mengajar bahwa segala Sesuatu mengalir

22 Mei 2011

Filsafat Klasik

Istilah Klasik berarti kebuayaan Yunani yang dijelmakan ke dalam lapangan kesusasteraan dan kesenian. Mereka berorientasi pada alam pikiran manusia untuk mencari hakekat kebenaran dan bertujuan ingin mencapai kebahagiaan hidup. Tokoh –tokohnya ialah Plato, Socrates dan Plotinus.
PLATO ( 427 – 347 SM)
Plato dilahirkan di Athena dari keluarga terkemuka, dari kalangan politisi. Pada mulanya ia ingin bekerja sebagai seorang politikus, namun ia kekacauan di negaranya, setelah kematian gurunya Socrates hal itu telah memadamakan ambisinya untuk menjadi seorang politikus, kemudian ia beralih ke filsafat sebagai jalan untuk memperbaiki kehidupan bangsanya, ajaran socrates sangat berpengaruh pada dirinya.
Ajaran-ajaran Plato tentang Idea
Ajaran tentang Idea – Idea merupakan inti dan dasar seluruh filsafat Plato. Idea yang dimaksudkan Plato disini bukanlah suatu gagasan yang terdapat dlam pemikiran saja yang bersifat subyektif belaka. Bagi Plato Idea merupakan sesuatu yang obyektif, ada idea-idea, terlepas dari subyek yang berfikir, Idea-idea tidak diciptakan oleh pemikiran kita, tidak tergantung pada pemikiran, tetapi sebaliknya pemikiranlah yang tergantung pada idea-idea. Justru karena adanya idea-idea yang berdiri sendiri, pemikiran kita dimungkinkan. Pemikiran itu tidak lain daripada menaruh perhatian kepada idea-idea.
Ethika Plato
Etik Plato bersifat intelektual dan rasional. Dasar ajarannya adalah mencapai budi baik. Budi ialah tahu. Orang yang berpengetahuan dengan sendirinya berbudi baik. Sebab itu sempurnakanlah pengetahuan dengan pengertian.
Tujuan hidup ialah mencapai kesenganan hidup. Yang dimaksud dengan kesenangan hidup itu bukanlah memuaskan hawa nafsu didunia ini. Kesenangan hidup diperoleh dengan pengetahuan. Yang tepat tentang nilai barang-barang yang dituju.
Etik Plato bersendi pada ajarannya tentang idea. Dualisme dunia dalam teori pengetahuan lalu di teruskan dalam praktik hidup. Oleh karena kemauan seseorang bergantung pada pendapatnya, nilai kemauannya itu ditentukan oleh pendapatnya. Dari pengetahuan yang sebenarnya yang dicapai dengan dialektika timbul budi yang lebih tinggi dari pada yang dibawakan oleh pengetahuan dari pandangan. Menurut Plato ada dua macam budi. 
Pertama, budi filosofi yang timbul dari pengetahuan dengan pengertian.
Kedua, budi biasa yang terbawa oleh kebiasaan orang banyak. Sikap hidup yang dipakai tidak terbit dari keyakinan disesuaikan kepada moral orang banyak dalam hidup sehari-hari.
Negara Ideal
Plato hidup dalam masa Athena menempuh jalan turun setelah mencapai kedudukan yang gilang gemilang dalam segala lapangan, pertentangan antara kaya dan miskin sangat menyolok mata. Karena itu pertentangan politik juga hebat. Menurut Plato nasib Athena hanya dapat tertolong dengan mengubah dasar sama sekali hidup rakyat dan sistem pemerintahan. Itulah alasan baginya untuk menciptakan bentuk suatu negara yang ideal.
Peraturan yang menjadi dasar untuk mengurus kepertingan umum kata Plato tidak boleh diputus oleh kemauan atau pendapat orang seorang atau oleh rakyat seluruhnya, melainkan ditentukan oleh suatu ajaran. Yang berdasarkan pengetahuan dengan pengertian.dari ajaran itu datanglah keyakinan, bahwa pemerintah harus dipimpin oleh idea tertinggi, yaitu idea kebaikan.kemauan untuk melaksanakan itu  tergantung kepada budi. Tujuan pemerintah yang benar adalah mendidik warga warganya mempunyai budi. Plato membagi kedudukan penduduk menajdi tiga golongan yakni :
Golongan yang dibawah ialah golongan rakyat jelata, yang berupakan petani, pekerja, tukang dan saudagar. Kerja mereka adalah menghasilkan keperluan sehari-hari bagi ketiga-tiga golongan.
Golongan yang tengah ialah  golongan penjaga atau “pembantu” dalam urusan negara. Terhadap keluar tugas mereka mempertahankan negara dari serangan musuh. Tugas kedalam menjamin supaya undang – undang dipatuhi rakyat.
Golongan atas ialah kelas perintah atau filosof. Mereka terpilih dari paling cakap dan yang terbaik dari kelas penjaga, setelah menempuh pendidikan dan pelatihan special untuk itu. Tugas mereka adalah membuat undang-undang dan mengawasi pelaksanaannya. Mereka memangku jabatan tertinggi.
ARISTOTELES ( 384 – 322 SM.)
Aristoteles  lahir di stageira pada semenanjung kalkidike di Trasia (Balkan) Bapaknya bernama Machaon adalah seorang dokter istana pada raja Macedonia Amyntas II. Sejak kecil mendapat asuhan dari bapaknya sendiri, ia mendapat pelajaran teknik membedah, karena itu perhatiannya banyak tertumpu pada ilmu alam, terutama ilmu biologi.
Setelah bapaknya meninggal ia pergi ke Athena belajar pada Plato di Akademia. Selama 20 tahun menjadi murid Plato, pertama kali ia menyusun buku Bibliotik yang pertama terdapat di Athena.
Karya-karya Aristoteles
Berbagai macam cabang ilmu pengetahuan yang menjadi karya Aristoteles bila diperinci terdiri dari delapan cabang yang meliputi Logika, Filsafat Alam, Psikologi, Biologi, Metafisika, Etika Politik, Ekonomi, Retorika dan Poetika.
Ajaran – ajaran Aristoteles.
Logika
Aristoteles terkenal  sebagai bapak logika, tapi tidaklah berarti bahwa sebelumnya tidak ada logika. Aristoteleslah orang pertama yang memberikan uraian secara sistematis tentang Logika.
Logika adalah ilmu yang menuntun manusia untuk berfikir yang benar dan bermetode. Dengan kata lain logika adalah suatu cara berfikir yang secara ilmiah yang membicarakan bentuk-bentuk fikiran itu sendiri yang terdiri dari pengertian, pertimbangan dan penalaran serta hukum-hukum yang menguasai fikiran tersebut.
Aristoteles membagi ilmu pengetahuan atas tiga bahagian ;
  • Ilmu pengetahuan praktis, yang meliputi etika dan politik
  • Ilmu pengetahuan produktif, yaitu teknik dan seni.
  • Ilmu pengetahuan teoritis yang meliputi phisika, matematika dan filsafat.
Dalam hal ini Aristoteles tidak memasukkan Logika sebagai cabang ilmu pengetahuan, melainkan hanya suatu alat agar kita dapat mempraktekkan ilmu pengetahuan.
Metafisika
Dalam uraian ini Aristoteles mengkritik ajaran gurunya tentang idea-idea. Menurut Aristoteles ; yang sungguh ada itu bukanlah yang umum melainkan yang khusus, satu persatu. Bukanlah manusia pada umumnya yang ada, melainkan manusia ini, itu, Anas, dan lain-lain. Semuanya ada, jadi Aristoteles bertentangan dengan gurunya Plato yang mengatakan “bahwa semua yang nampak hanyalah merupakan bayangan semata”.
Menurut Aristoteles, tidak ada idea-idea yang umum serta merupakan realita yang sebenarnya. Dunia idea di ingkari oleh Aristoteles sebagai dunia realitas, karena tidak dapat di buktikan. Jadi Aristoteles berpangkal pada yang kongkrit saja, yang satu persatu dan bermacam-macam, yang berubah, itulah yang merupakan realitas sebenarnya.
Abstraksi
Bagaimana budi dapat mencapai pengetahuan yang umum itu sedangkan hal-hal yang menjadi obyeknya tidak umum.
Menurut Aristoteles ; obyek yang diketahui itu memang kongkrit dan satu persatu, jadi tidak umum. Yang demikian itu ditangkap oleh indera dan indera mengenalnya. Pengetahuan indera yang macam-macam itu dapat diolah oleh manusia (budi). Manusia itu menanggalkan yang bermacam-macam dan tidak sama, walaupun tidak di ingkari. Yang dipandang hanya yang sama saja dalam permacaman itu. Pengetahuan yang satu dalam macamnya oleh Aristoteles dinamai idea atau pengertian.
Jadi Aristoteles tidak mengingkari dunia pengalaman, sedangkan idea juga dihargainya serta diterangkan bagaimana pula mencapainya dengan berpangkal pada realitas yang bermacam-macam. Maka selayaknya aliran Aristoteles disebut “Realisme”.
Politik
Tujuan negara.
Aristoteles dalam bukunya menyatakan “bahwa manusia menurut kodratnya merupakan “Zoion Politikon”atau mahluk sosial yang hidup dalam negara.
Tujuan negara adalah memungkinkan warga negaranya hidup denga baik dalam arti sepenuhnya. Dengan kata lain lembaga-lembaga yang ada di dalamnya, keluarga di dalam suatu negara, hubungan antar negara tetangga semua baik.
Rumah Tangga.
Aristoteles mengkritik pendapat Plato, bahwa para penjaga tidak boleh hidup berkeluarga, dan juga Aristoteles tidak setuju dilarangnya mempunyai milik pribadi.
Menurut Aristoteles, untuk hidup menurut keutamaan manusia perlu keluarga dan butuh milik pribadi. Tetapi kekayaan tidak boleh di tambah dengan sembarang cara.
Susunan negara yang paling baik.
Negara yang paling baik ialah negara yang diarahkan buat kepentingan umum. Susunan negara yang paling baik menurut Aristoteles ialah “Politeia”. Poiteia adalah demokrasi moderat atau demokrasi yang mempunyai undang-undang dasar.
E t i k a
Dalam karya Aristoteles “ Ethika Nicomachea” mengatakan ; dalam segala perbuatannya manusia mengejar suatu tujuan. Ia selalu mencari sesuatu yang baik baginya. Dari sekian banyak tujuan yang ingin dicapai manusia, maka tujuan yang tertinggi dan terakhir dari manusia adalah kebahagiaan. Tugas Etika ialah mengembangkan dan mempertahankan kebahagiaan itu.
Menurut Aristoteles ; manusia hanya disebut bahagia jika ia menjalankan aktivitasnya dengan baik. Dengan kata lain agar manusia berbahagia ia harus menjalankan aktivitasnya dengan baik.
PLOTINOS ( 205 – 270 )
Plotinos dilahirkan pada tahun 205 di Lykopolis di mesir. Yang pada waktu itu dikuasai oleh Roma dan meninggal di Minturnea 270. tentang hidupnya orang tidak banyak tahu, namanya harum karena ajaran filosofinya, dan kehidupannya yang sederhana.
Ia bermula mempelajari filosofi dari ajaran Yunani, terutama dari buah tangan Plato, ia mempunyai pembawaan menjadi seorang filosofi. Plotinos mulai menulis karya-karyanya dalam usia 50 tahun pendapat-pendapat yang dikemukakan dalam karya-karyanya itu adalah didasarkan pada filsafat Plato, terutama ajarannya tentang Idea Tertinggi, baik atau kebaikan. Oleh karena itulah maka filsafat Plotinos disebut Platonisme, meskipun demikian Plotinus telah memajukan banyak hal yang dahulunya tidak pernah diselidiki oleh filosof Yunani. Dan ini adalah hal yang baru, karena ajarannya disebut “Ajaran Plato Baru” ( New Platonisme).
Pokok – Pokok Ajarannya
Apabila Plato mendasarkan ajaran filsafatnya kepada Yang baik yang meliputi segala-galanya, ajaran Plotinus berpokok pada yang satu. Sebagai pangkal segala-galanya, Filosofi Plotinus berpangkal kepada keyakinan, bahwa segala ini, yang asal itu adalah satu dengan tidak ada pertentangan didalamnya. Yang satu itu bukan kwalita dan bukan pula yang terutama dari segala keadaan dan perkembangan dalam dunia, segalanya datang dari suatu, yang Asal. Yang asal itu adalah sebab dari kwantita, bukan akal bukan jiwa, bukan dalam bergerak bukan pula dalam tenang terhenti, bukan dalam ruang dan bukan dalam waktu.
Teori Emanasi Plotinus
Yang satu itu adalah semuanya, tetapi tidak mengandung didalamnya satu pun dari barang yang banyak itu. Dasar dari pada yang banyak tidak bisa yang banyak itu sendiri. Sebalinya, yang satu itu adalah semuanya berarti bahwa yang banyak itu adalah padanya. Di dalam yang satu itu yang banyak belum ada, tetapi yang banyak itu akan ada, yang banyak itu datang dari dia. Oleh karena yang satu itu sempurna, yidak mencari apa-apa, tidak memiliki apa-apa, dan tidak memerlukan apa-apa, maka keluarlah sesuatu dari Dia, dan mengalir menjadi barang-barang yang ada.
Hal itu adalah Emanasi dari Dia, datang dari Dia. Emanasi adalah suatu pandangan baru yang kemukakan oleh Plotinus dalam ajaran filosofinya. Emanasi alam dari yang asal itu, janganlah dipahami sebagai suatu kejadian yang berlaku dalam ruang dan waktu. Sebab ruang dan waktu terletak pada tingkat terbawah dari Emanasi, ruang dan waktu adalah pengertian dalam dunia yang lahir.
Dalam ajaran Plotinus yang satu itu adalah dalam keadaan sempurna, sebab itu bertambah banyaknya yang tidak sempurna hanya bisa terjadi dalam bertambah banyaknya yang berbagai rupa, pembagian dan perubahan-perubahan. Wujud keseluruhannya ; Akal (Nous), Jiwa Alam (Al-Nafsul Kulliyah), dan Materi(al-Maddah).
Ajaran tentang Jiwa

Ajarannya tentang jiwa adalah merupakan dasar dari pada teorinya tentang hidup yang praktis serta ajaran moralnya. Bahwa benda sebagai pangkal dari segala sesuatu yang jahat. Akan tetapi logikanya lalu menimbulkan kesulitan terhadap pokok ajarannya sendiri, karena benda  itu dihasilkan oleh jiwa Alam, jadi kalau demikian, apakah ini tidak berarti jiwalah yang bersalah dalam hal kejahatan benda itu.

Menurut Plotinus, jiwa dalam hal ini tidak langsung bersalah, karena karena jiwa sendiri mempunyai dua macam hubungan, yaitu keatas dan kebawah, keatas berhubungan dengan akal, kebawah berhubungan dengan dunia benda yang rendah. Jiwa hanyalah merupakan hubungan dari semuanya, mulai dari tingkat yang tertinggi sampai ke tingkat yang terendah. Jiwa darpada semua makhluk itu ada pada jiwa Alam, yang semuanya itu tidak lain dari pada Idea yang diterima dari akal.

Lahirnya susunan yang bertingkat-tingkat dalam alam (kosmos) ini, adalah disebabkan karena jiwa alam menumpahkan tenaganya kepada materi itu, menurut kesanggupan yang dapat diterima oleh materi itu, sehingga karenanya kosmos itu menjadi hidup dan berjiwa. Dengan demikian semuanya lalu merasakan adanya pertalian jiwa yang mengikat satu sama lain.
Ajaran tentang Hidup dan Moral

Ajaran Plotinus tentang hidup dan moral mudah sekali, ajaran itu tak lain darpada melaksanakan dalam praktik ajarannya tentang jiwa.

Sebagai tujuan hidup manusia dikatakannya mencapai persamaan dengan Tuhan, budi yang tertinggi ialah menyucikan roh. Itu adalah satu-satunya jalan menuju cita-cita kemurnian.

Benda yang ada di sekitar hidup manusia hendaklah diabaikan sama sekali dan jiwa itu harus mencoba semata-mata hidup dalam lingkungan alam rohaniah dan alam pikiran. Hanya dalam alam rohaniah dan alam pikiran itulah jiwa dapat melatih diri untuk mencapai langkah terakhir, yaitu bersatu dengan Tuhan. Ini hanya dapat dicapai dengan mengembangkan perasaan yang luar biasa, yaitu rasa keluar dari diri sendiri dengan Extase.

Berbagai Sumber


6 Mei 2011

Terimakasih Telah Membenciku

Terima kasih, karena kau membenciku...
Karena itu berarti kau memberi tempat khusus untukku di hatimu.
Terima kasih untuk kebencianmu padaku!
kau telah memberiku sebuah ruang tersendiri, yg orang lain pun sulit menempatinya.
Tapi aku yg baru saja mengenalmu,begitu mudahnya bertahta.
Rasa bencimu, membuatku berpikir bahwa aku telah berhasil menjadi orang penting di hatimu.
Terima kasih jika kau benar-benar membenciku!
Itu adalah harapan bagiku agar kau tak pernah melupakan diriku. Meski sebenarnya aku berharap kau akan memberi sisi lain hatimu.
Terima kasih, karena kau membenciku...
Karena itu berarti kau memberi tempat khusus untukku di hatimu.
Terima kasih untuk kebencianmu padaku!
kau telah memberiku sebuah ruang tersendiri, yg orang lain pun sulit menempatinya.
Tapi aku yg baru saja mengenalmu,begitu mudahnya bertahta.
Rasa bencimu,membuatku berpikir bahwa aku tlah berhasil menjadi orang penting di hatimu.
Terima kasih jika kau benar-benar membenciku!
Itu adalah harapan bagiku agar kau tak pernah melupakan diriku.
Meski sebenarnya aku berharap kau akan memberi sisi lain hatimu.
Tempat khusus untukku dgn sebuah rasa yg berbeda.
Ruang yg hny berisi suka, sayang, dan cinta.
Namun, jika tak ada kesempatan buatku untuk itu, aku akan terima.
Karena aku tak mau bila hatimu terluka dan jiwamu merasa terpaksa.
Aku akan bahagia jika kau bahagia dengan rasamu.


Menyapamu di Ruang Rindu

Aku kembali lagi disini, perempuanku.
Pada tempat dimana semua kenangan itu pernah berasal.
Juga ketika kehilangan itu berawal.
Ada lanskap kesunyian bertahta merajam langit, saat jejak kakiku ragu terpacak. Dan kesenyapan itu kembali mengiris-ngiris hati saat menyadari kita tak melaluinya lagi bersama, seperti dulu.
Aku masih merasakan wangi kibasan rambutmu usai keramas menyapa hidungku begitu dekat. Aku ingat, ketika itu, kau tersipu malu saat kukatakan dengan spontan dalam degup jantung menderu, dua helai rambutmu yang basah dan jatuh menimpa kening putihmu membuatmu bertambah cantik.
Aku sudah lama berdamai dengan kesendirian. Berlayar di samudera kesedihan serta merasakan angin buritan menampar wajahku yang sedapat mungkin mencari-cari dermaga dari balik kabut, dimana kau menungguku disana dengan segunung cemas dan rindu membuncah.
Tapi semuanya sia-sia.
Seperti rasa putus asa yang menggayutiku sepanjang musim. Seperti kecewa yang luruh satu-satu bagai daun yang layu meranggas. Seperti sajak-sajak pilu yang kutulis dengan derai airmata lalu kukirim padamu bersama lampiran sepotong asa, lewat angin malam yang berdesir lembut dari jendela kamarku.
Aku memang sedikit tersesat, gamang dan mengalami disorientasi lokasi ketika tiba lagi disini.
Menelisik kembali ruang-ruang rindu yang pernah kita lalui dulu, memang tak mudah, terlebih dengan hati patah. Dan aku berusaha menghadirkan sosokmu kembali , saat kita pernah menikmati senja dibalut rintik gerimis serta selarik pelangi menghias digaris batas cakrawala. Aku mengenang, pandanganmu tak pernah sekalipun lepas dari pemandangan indah itu.
Dan kata-katamu seketika menyentakkanku dari segala impian indah tentangmu.
"Aku akan pergi. Meninggalkanmu. Untuk sebuah alasan yang mungkin tak akan bisa kamu mengerti," katamu dengan bibir bergetar.
"Kenapa?" tanyaku penasaran. Kegelisahan menggayuti dadaku.
Kamu tak segera menjawab. Dengan gugup kamu memilin-milin ujung bajumu sembari menunduk seperti mencari-cari kata terbaik untuk mengungkapkan.
"Karena kamu telah melakukan sebuah kesalahan besar : Mencintaiku," katamu akhirnya kemudian diikuti tangismu yang pecah tepat ketika matahari tergelincir mulus ditelan bumi dan menyisakan jejak-jejak merah saga.
Aku terkejut. Jawaban seperti apa ini?.
"Apa Maksudmu? Kenapa kamu tidak melakukan ini saja sejak pertama kali aku menyatakan cinta padamu. Setelah semua hal-hal mengesankan dan indah kita lalui bersama ?" desakku gusar.
Kamu membisu dan menggigit bibirmu. Aku mendesah kesal.
"Tolong, jangan paksa aku menjawabnya sekarang. Bila waktunya tiba kamu akan tahu. Tapi bukan sekarang. Tolong antar aku pulang," katamu sambil menatapku dengan mata penuh luka.
"Ini tidak adil, kamu jelaskan dulu apa sebabnya," tegasku, masih penasaran.
"Tolong antar aku pulang atau, kalau kamu tak mau, biarkan aku pulang sendiri saja," tantangmu sengit.
Aku menghela nafas. Mengalah.
Dalam mobil yang kukendarai pulang bersamamu, kita saling diam. Tak ada kata-kata. Aku sempat menoleh sekilas ke arahmu dan kulihat bulir-bulir air mata mengalir deras melalui tebing pipimu. Pandanganmu menatap lurus, hampa kedepan. Aku tak akan mengganggumu meski segudang tanya merajai benakku saat itu.
"Terimakasih atas segala kebersamaan yang indah yang pernah kita lalui. Maafkan bila harus berakhir begini. Semoga kita berdua baik-baik saja setelahnya. Selamat tinggal," katamu lirih saat kuantar hingga ke gerbang rumah. Matamu seperti tak kuasa menatap mataku.
Tak lama kemudian kamu bergegas lari menuju rumah dan tak pernah berpaling lagi menolehku ke belakang .
Aku masih berdiri terpaku di gerbang depan rumahmu selama beberapa saat dan tak percaya, perpisahan ini terjadi begitu cepat. Dahsyat. Juga menyakitkan.
Saat berjalan gontai menuju mobil, nada SMS berbunyi dari handphone.
Dari kamu.
Kita mesti berpisah. Sampai suatu saat ketika kita benar-benar memahami makna terdalam dari cinta itu sendiri. Aku mencintaimu, jauh melebihi cintamu padaku.
SMS itu berulang kali kubaca dengan hati masygul.
Sebuah perpisahan yang tragis.
Aku berusaha terus mencari jawaban darimu tentang ini termasuk menghubungimu dan mencarimu, tapi sia-sia. Kamu pergi. Benar-benar pergi. Entah kemana.
Tanpa menyisakan jejak sedikitpun buatku.
***
Aku kembali lagi disini, perempuanku.
Pada tempat dimana semua kenangan itu pernah berasal.
Juga ketika kehilangan itu berawal.
Mungkin terlambat ketika aku menyadari makna cinta yang ingin kamu dan aku pahami, sejak terakhir kali kita ketemu.
Termasuk terlambat pula untuk tahu bahwa dirimu menyimpan luka perpisahan kita begitu dalam, ketika kemudian ajal menjemputmu karena penyakit Leukemia yang kamu derita. Tanpa aku disismu.
Tapi di sini, di pusaramu, dimana kau terbaring tenang disana, lirih kubisikkan kalimat, "Aku sudah mendapatkan jawaban atas makna cinta terdalam yang kamu pertanyakan itu. Bahwa cinta adalah jawaban. Bukan pertanyaan. Kita akan menjadi mengerti jika terus menikmatinya sebagai jawaban atas pertanyaan-pertanyaan kita. Sayangnya, aku dan kamu tidak terlibat bahkan menikmati sedikitpun proses mencari jawaban itu".
Bunga kamboja didekat pusaramu bergoyang pelan. Aku menghela nafas panjang. Tenggorokanku seperti tercekat dibekap keharuan.
"Dan disini perempuanku, waktu tidak pernah benar-benar beranjak pergi. Ia berhenti. Pada kedalaman hati, mengendap bersama kenangan. Di ruang rindu.."

Bondowoso, 15/05/11

1 Mei 2011

Untuk yang tak mampu kusebutkan namanya…!!!!

/1./
Untuk yang tak mampu kusebutkan namanya…!!!!
Bagaimana kabarmu sekarang????
Waktu begitu cepat berlalu, tak terasa emat purnama aku tak lagi mendengar kisahmu. Candamu tak lagi mengisi pagiku, tawamu tak lagi menemaniku. Seperti apa dirimu sekarang?????. Apakah kau masih seperti dulu, membangunkanku, menegurku, menasehatiku dan melempar senyum padaku, meski pun saat ini semua itu tak lagi milikku.

/2./
Untuk yang tak mampu kusebutkan namanya….!!!!
Kita pernah sama-sama menebar asa, membingkai cerita, mengantungkan sepenggal harap pada yang langit. Kita juga pernah menagis bersama, menjalani hari-hari dengan sisa keyakinan bahwa kelak kita akan sampai pada ujung perjalanan yang saat itu tengah kita tempuh. Dan kita pernah mengurai mimpi bersama, berjanji sekata pada apa pun yang tejadi. Toh meski pun pada akhirnya kita harus mengalah pada kenyataan.

/3./
Untuk yang tak mampu kusebutkan namanya…!!!
Bagaimana mungkin aku bisa meniadakanmu dari dasar hatiku, sementara kenangan demi kenangan sedikit pun tak pernah memberikan kesempatan padaku tuk sejenak berhenti memikirkan dirimu. Bagaimana mungkin aku bisa melupakanmu, sedangkan cintamu di hatiku tak pernah memberikan ruang untuk orang lain mengantikan posisimu di hatiku.

/4./
Untuk yang tak mampu kusebutkan namanya…!!!
Rasa ini masih saja seperti dahulu, tak pernah bisa diajak untuk berdamai, ia tetap satu padamu, seperti ombak yang tak pernah letih mengejar pantai. Seperti senja yang tak pernah lelah menemani Burung Camar, seperti matahari yang menyelimuti pagi dengan hangatnya, seperti lilin yang terang dalam gelap.

/5./
Untuk yang tak mampu kusebutkan namanya…!!!
Aku tak begitu yakin dengan rasa yang saat ini ada pada dirmu, yang ku tahu sekarang kau benar-benar hilang dari diriku. Engkau benar-benar lenyap bersama bintang dan orionmu. Orion yang sering kau kisahkan padaku “Hubby, aku ingin seperti Orion, yang terbang tinggi bebas tanpa batas,” kata-katamu  itu sampai detik ini masih aku ingat. Yah, engkau sekarang benar-benar terbang bersama orionmu, dan tak mungkin pernah kembali padaku yang serupa vega…!!!!

/6./
Untuk yang tak mampu kusebutkan namanya…!!!
Adakah yang lebih menggetarkan semesta ini selain dari menyebut namamu?, yang lahir dari rahim samudera, yang kemilaunya perlahan menggenangi riak-riak kecil ombak menjelma larik-larik cahaya, yang menghunus menuju jantung langit. Seperti cinta. Rekah pada fajar yang sunyi. Diam-diam menoktahkan keagungan namamu. Bahkan dalam hujan sekalipun, engkau mencurahkan cinta yang menetesi gelombang yang menengadahimu..
/7./
Untuk yang tak mampu kusebutkan namanya…!!!
Pernah kau tanya, Langit, serupa apakah biru?
Kataku, seperti aku yang menyebutmu dengan lafal cinta, biru, sekali pun malam yang tergelap bersiasat menyembunyikan kerlip-kerlip bintang darimu.

/8./
Untuk yang tak mampu kusebutkan namanya…!!!
Aku mencintaimu. Dengan satu-satunya cinta yang kuketahui. Seperti lengkung dirimu yang melingkupiku utuh-utuh, melepas semua batas. Seperti pernah di suatu masa hanya ada debur dadaku yang mendegupi debar dadamu. Seperti itu saja aku mencintaimu. Tanpa ingin.  Bagaimana mungkin aku menginginkan, sementara kau menindai setiap ombak yang ada dalam diriku, menjadikanku seluruhmu dalam sepenuhku?

/9./
Untuk yang tak mampu kusebutkan namanya…!!!
Begitu mahal harus kubayar atas kepergianmu dariku….!!!!
Aku tak lagi mampu menyebut namamu….!!!!

Sampang, 30/04/2011