Hatiku masih gagu untuk sekedar mengucap sepatah kata 
kakiku pun masih enggan untuk kuluruskan 
masih saja terlipat menyangga tubuhku memandang bintang 
tanganku pun masih memeluk lipatan kakiku mengusir dingin 
yang kadang menyerang dalam kelam 
mataku juga masih rancau memilah bias-bias bintang 
yang mana yang harus benar-benar kupandang ? 
keyakinan tak cukup hanya keyakinan 
keyakinan masih menjanjikan kegamangan 
yang kunanti saat ini adalah selimut 
yang melindungiku dari dingin yang menyerang 
bukan hanya sekedar sebias sinar yang menyilaukan 
Kekasihku 
kekasihku,... 
masih ingatkah kabut yang menghentikan langkah kita ? 
saat kau terpeleset dan hampir lepas genggaman tanganmu 
dan gravitasiku menarikmu kembali tanpa ragu 
kekasihku,... 
kabut itu telah berlalu, hanya kabut putih yang membawa beku 
yang membekukan bibirmu saat begitu dekat kita menyatu 
tanpa kata, tanpa desah nafas kita, hanya mata mewakili semuanya, 
semua yang pernah ada diantara kita 
semua yang pernah tergambar didinding-dinding haluan kita 
kekasihku,... 
masih ingatkah saat kita sama-sama dihanyutkan deras sungai ? 
saat itupun genggaman tanganmu hampir terlepas, 
hampir saja aku kehilanganmu, 
tapi kembali sungai ini masih mengasihi kita, 
bukan kita,.. tapi cinta kita 
kekasihku,... 
masih ingatkah tentang bulan ketujuh yang kau isi dengan malam bahagiamu ? 
tentu kamu masih ingat, tapi aku sama sekali tak ingat malam itu, 
karena malam itu aku sedang menunggu kereta senja yang akan membawaku jauh darimu. 
dan kau,... menikmati malam tanpaku 
dan aku,... hanya sendiri menapaki jejak-jejak langkah kita 
tanpamu,... 
kekasihku,... 
bukan,... bukan kekasihku lagi,... 
tapi pemberi luka hati.
 

Tidak ada komentar:
Posting Komentar