28 Februari 2011

Purnama

Terpaku di beranda sepi, bermandi purnama. Malam ini langit sungguh bersahabat. Desir angin malam… meniup lembut. Ada gurat-gurat kelabu sisa penghabisan hujan hari ini, namun langit sangat jernih dengan kilauan bintang-bintangnya yang bertaburan
Aku, masih terpaku terdiam dalam ingatan ku tentang masa lalu, tentang permintaan dan harapan mu. Tentang keinginanmu dan keinginanku yang pernah kita tulis di atas selembar kertas putih.
Keinginan dan harapan yang nyatanya belum mampu kita wujudkan, permintaan-permintaan yang akhirnya hanya bisa kita ucapkan tanpa pernah menjadi kenyataan.
Mungkin kau lupa, tapi aku masih saja terus menggenggam keinginan itu. Keinginan yang kini hanya menjadi bayangan lampau. Sayangnya… kita adalah pengecut, terlalu takut dan memilih mengasingkan diri dari kejujuran hati. Ya… aku akui, kita masih sangat angkuh pada setiap kisah yang kita jadikan sebagai masa lalu.
Ini bagian cerita kita. Aku dan kau. Dan semuanya adalah masa lalu. Akanku tutup kembali cerita usang ini sebagai sebuah pelajaran dalam hidup.
Malam ini purnama terlalu indah untuk kulewatkan hanya dengan bernostalgia dengan perih masa lampau. Selamat tinggal masa lalu, namun aku masih terus berharap bisa meyakini bahwa hatiku bisa sepenuh purnama menggantungkan harap pada langit malammu, hingga suatu hari kau juga dapat mengingatnya dengan senyuman.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar