25 Februari 2011

Selamat Jalan

Langit seakan mendung seiring air hujan yang tumpah ruah kebumi Saat itulah engkau pergi untuk selamanya dari tengah – tengah keluarga Meninggalkan sejuta kenangan dan luka yang sangat perih Engkau terbujur kaku berselimutkan kain tak terjahit Sekujur tubuhmu dingin bak ES Air mata terus membanjiri ruang tamu yang biasanya ramai dengan tawamu Kepergianmu yang terlalu cepat membuat kami tak percaya Begitu cepat engkau pergi, Meninggalkan aku sendiri Kamu tidak memberiku waktu sedikitpun walau hanya untuk mengucap sebuah kata MAAF atas sgala khilafku padamu kakakku Pengorbananmu belum sempat aku balas Tiap bulir air mata yang kau teteskan untukku belum sempat aku usap Meski kutahu kau tak pernah meminta balasan apapun dariku Kini, minggu ke – 4 kepergianmu Tapi aku belum bisa percaya sekalipun aku harus ikhlas melepasmu Kepergianmu telah menorehkan luka yang teramat dalam dihatiku Aku tidak tahu harus mengadu kemana ? Harus berbagi cerita kemana ? Aku, aku kini benar – benar sendiri Kenapa Tuhan begitu cepat memanggilmu Jika saja bisa diminta aku ingin ikut bersamamu Melewati dinginnya malam di antara bongkahan tanah yang lembab Engkau selalu memintaku agar tidak meneteskan air mata Didepan mama, papa dan juga adik – adik Aku slalu menahan tiap tetesan air mataku sekalipun dadaku sangat sesak Kamu tahu, hatiku hancur tiap kali melihat tumpukan tanah yang belum kering Tapi kamu tak ingin aku meneteskan air mata Kau memaksaku tuk tegar tapi aku tak sanggup Tiap kali aku menangis, engkaulah orang pertama yang menghapus air mataku Saat aku gelisah kau membelai rambutku hingga kuterlelap 25 tahun kau menemaniku, mendengar keluh kesahku Tapi kini kau telah pergi meninggalkanku tuk selamanya Andai saja boleh meminta Aku ingin kau menjemputku Aku ingin menemanimu berbagi dukamu di Alam keabadian Selamat jalan kakakku Selamat jalan kakakku sayang Selamanya kau akan hidup di hati kecilku

Tidak ada komentar:

Posting Komentar