11 Desember 2011

Kyai dan Pelacur

Gedung Bioskop Menjadi Tempat Pengajian Pertama
Awalnya tak ada yang menyangka jika apa yang dilakukan oleh KH. Khioron Syuaib seperti yang nampak saat ini. Ia hanya menlanjutkan apa yang telah ia lakukan sejak awal tahun 80 an itu.
Seperti yang ia kisahkan kepada tim penulis, awalnya dia merasa ragu untuk berdakwah di sekitar rumahnya (Bangunsari, red), alasannnya adalah kesempatan untuk berhasil sangat kecil sekali, sebab pada awal tahun 80 an jumlah Pekerja Sek Komersial (PSK, red) di daerah tersebut mencapai 3000 an jumlahnya, yang tersebar di 12 RT di Bangunsari.
Tak hanya itu saja, karena pendidikannya yang belum tuntas – KH. Khiron saat itu tengah melanjutkan pendidikannya di S1 Fakultas Syariah IAIN Sunan Ampel Surabaya – juga menjadi alasan keraguan untuk berdakwah di daerah yang penuh dengan kemaksiatan itu.
Namaun, dalam hatinya selalu merasa ada yang tak nyaman tatkala melihat kemaksiatan yang selalu terjadi di hadapannya, ia merasa harus ada sesuatu yang ia perbuat untuk menyelamatkan mereka (Psk dan Germo, red), sebab ia yakin dalam hati kecil mereka ingin sekali bertobat dan kembali ke jalan Allah. Dan ia juga percaya bahwa Allah akan mengampuni dan memaafkan dosa hambanya yang bertaubat.
Atas dorongan hati nurani dan perintah agama, KH Khiron Syu’aib memantapkan diri untuk menolong mereka dari lembah hitam tersebut, mengangkis mereka dari dunia kelam dan mengembalikan mereka ke jalan Allah (Ajaran Islam, red).
Langkah pertama yang dilakukan KH. Khiron Syuaib untuk melancarkan dakwahnya adalah melakukan pendekatan terhadap para perangkat desa di Bangunsari, hal tersebut ia lakukan dengan alasan, peranan perangkat desa kala itu hingga kini benar-benar dominan, terutama jabatan RW i Bangunsari, tak heran jabatan RW begitu di idamkan oleh masyarakat Bangunsari. Selain prestise alasan finansial juga menjadi penyebab jabatan RT begitu diburu di tempat itu. Tak hanya itu saja, siapa pun yang menjadi ketua RT di desa tersebut setiap keputusannya akan di ikuti oleh Psk dan Germo. Oleh karena itu, sebelum mendekati para Psk dan Germo KH. Khoiron terlebih dahulu mengambil hati para perangkat desa di tempat itu, terutama ketua Rt.
“Boleh dibilang, ketua RW, sebagai wali kota kecil  di kampung, sekalipun waktu itu sulit sekali menghindar dari 5 M: Main (Judi), Minum (Main Judi), Madon (Main Perempuan), Madat (Menghisap Ganja), dan maling (Mencuri),” katanya.
KH Khoiron Syu’aib menambahkan, kala itu ia juga sering mendapati Ketua RW tengah asyik berpesta menikmati minuman keras bersama PSK dan Mucikari. Kendati pun ia mengetahui hal tersebut, dirinya tak langsung menegurnya. Setelah Pak RW sadar, KH Khoiron Syu’aib baru megajaknya berdialog mengenai kebaikan dan masa depan kampungnya.
Setelah melaukan dialog-dialog kecil dengan para prangkat desa, pada akhirnya KH Khoiron mendapatkan izin dari mereka untuk melakaukan dakwah dan pembinaan mental kepada para Psk dan Germo. Kala itu, perhatian KH Khoiron tertuju pada Gedung Bioskop Bintoro yang lokasinya tak begitu jauh dari rumhanya, tepatnya berada di ujung jalan Bangunsari, gedung tersebut saat ini sudah tidak ada. Selain karena lokasinya yang tak begitu jauh, gedung bisokop tersebut menjadi wahan hiburan murah meriah bagi para Psk, Germo dan para hidung belang. Kala itu, KH Khiron dalam benaknya berfikir, Gedung bisokop tersebut bisa menjadi salah satu media untuk memulai aktifitas dakwahnya. Dan menjadi gerbang awal dakwahnya untuk menolong menyadarkan kekeliruan para PSK dan Germo.
Atas persetujuan dan bantuan para perangkat desa kala itu, gedung bioskop mendadak berubah, tak seperti biasanya. Pasalnya jika pada hari-hari biasa usai menonton film mereka (PSK dan Germo, red) langsung kembali dan berkatifitas, kala itu meraka harus mendengarkan ceramah dan tegur sapa dari KH Khioron dulu.           
“Waktu itu, saya sedikit kaku dan nirvous, sebab para PSK nya yang datang tidak hanya dari Bangunsari saja, dari gang Dolly, Jarak, Kremil Moroseneng dan Tambaksari juga berkumpul di situ. Dan ketika berbicara, saya juga tak langsung berkata akan berdakwah di situ, saya hanya menyapa dan berusaha lebih dekat dengan mereka, itu yang pertama kali saya lakukan,” kisahnya kepada tim penulis.
Dalam syi’ar dakwahnya, Kiyai yang tinggal di kelurahan Dupak RT 5 RW 4, Surabaya ini cukup sederhana dan tak muluk-muluk atau bahkan menganacam para Psk dan germo. Dirinya hanya mengutip ayat yang menyebutkan bahwa Allah akan mengampuni dosa apa pun kecuali dosa syirik atau meyekutukannya.
Jadi, menurutnya sekotor apa pun, sebesar apa pun dosa manusia, selama ia tidak syirik dan menyekutukan Allah, nisacaya Allah akan mengampuni dosa hambanya. Ayat tersebut selalu ia sampaikan tatkala berceramah. Sebab ia menilai, untuk menyadarkan para PSK dan Germo tidak perlu ancaman atau pun pemaksaan kepada mereka. Pada hakikatnya mereka butuh dorongan, motivasi, harapan dan keterampilan, tentunya hal tersebut tak semudah membalikkan telapak tangan. Butuh waktu dan proses serta kesabaran dan pendekatan secara personal terhadap mereka.
Lambat laun kehadiran KH. Khoiron di tengah-tengah para PSK dan Germo menjadi sesuatu yang berbeda, jika sebelumnya tak ada cahaya terag di daerah tersebut, kini setelah bapak tiga anak ini hadir diantara mereka kehidupan mereka mulai menemukan cahaya ilahi, pasalnya sejak saat itu, sekitar 30 PSK dan Germo memantapkan hati rutin mengikuti pengajian yang diadakan di gedung bisokop meski pun sebelumnnya harus di putarkan film-film india. Kala itu KH Khiron begitu bersemangat dan gigih membina mereka.
Dakwah KH Khoiron tidak hanya brelangsung di dalam gedung bisokop, ia juga tak segan-segan menyapa dan berdialog kecil dengan para PSK dan Germo di mana pun tempatnya. Sebab ia yakin dengan pendekatan dan berusaha memahami masalah mereka hal tersebut akan mempermudah menyadarkan mereka.
Seperti pengakuan KH Khoirn kepada tim penulis, menurutnya terjerumusnya mereka (PSK, red) bukan semata-mata karena materi. Banyak diantara mereka yang memilih jalan kelam itu karena merasa disakiti oleh laki-laki (Suaminya, red), ada juga karena himpitan ekonomi, yang lebih mengiris hati sebagian mereka datang karena diiming-imingi perkerjaan yang menjanjikan, santai dan penghasilannya lumayan besar.
“Mereka rata-rata ditipu, baik oleh orang yang baru ia kenal, atau bahkan temannnya sendiri. Disisi lain, mereka datang ke Surabaya tanpa keterampilan apa-apa, mereka juga tidak punya keluarga atau kenalan di sini, sehingga mereka memilih jalan pintas dengan menjadi pelacur,” kenangnya.       

Terlanjur Dikenal
Sejak kepopuleran bioskop mulai menurun, masayarakat tak lagi berbondong-bondong datang mengunjunginya, namun nama KH Khiorn Syu’aib sebagai Kiyainya PSK dan Germo terlanjur dikenal oleh mereka (PSK dan Germo, red). Meski pun tak ada lagi nonton film India, mereka (para PSK dan Germo yang insyaf, red) tetap mengikuti pengajian KH Khoiron yang digelar setiap Selasa malam ba’da Isya’.
Hal tersebut membuat KH Khoiron Syu’aib tambah bersemangat untuk terus berdakwah di daerah tersebut, sebab ia yakin suatu saat, desanya akan terbebas dari dunia prostitusi.
Kala itu, KH Khioron tak hanya memikirkan nasib para PSK dan Gremo, ia juga prihatin terhadap putera dan puteri para PSK dan Germo. oleh karena itu, 1996 ia bersama masyarakat di sana merintis brdirinya Taman Pendidikan Al-Quran yang siswanya mayoritas anak para PSK dan Germo. Hingga kini, siswa dan siswinya berjumlah sekita 300 santri. Tiga tahun setelahnya, tepatnya pada tahun 1999 Ia mendirikan majlis taklim yang jumlahnya mencapai 70 jamaah. Begitu pula ketika tempat pengajian yang ia adakan di gedung Bisokop di pindahkan ke Balai RW 04 Dupak, Bangunsari. Para PSK dan Germo yang begitu mencintainya ikut dan tetap rajin mengikuti pengajian yang digelar setiap hari jumat.

Santai Tapi Penuh Makna
Berbicara tentang materi pengajian yang disampaikan dan startegi apa yang dilakukan oleh KH Khoiron Syu’aib dalam dakwahnya tentu memiliki kesan tersendiri. Betapa tidak, seperti yang ditemukan tim penulis di lapangan, ketika tim penulis mengikuti pengajian rutin setiap Hari Jumat di balai RW 04 baru-baru ini, sungguh di luar dugaan, sebab apa yang disampaikan oleh KH Khoiron Syu’aib kepada para PSK dan Germo yang saat itu jumlahnya sekitar 60 an jamaah tak seperti yang ada dalam benak tim Penulis.
Kala itu pengajian memang terlihat berbeda jika dibandingkan dengan minggu-minggu sebelumnya. Sore itu selain pengajian rutin, acara juga diisi dengan pemulangan 20 mantan PSK dan Germo ke daerah asal mereka. Selain dihadiri oleh KH Khoiron Syu’aib dan beberapa perangkat desa, acara tersebut juga dihadari oleh Mustafa Kamal, Kepala Dinas Sosial (DINSOS)Jawa Timur.
Acara dibuka secara seremonial yang diawali dengan pembacaan ayat suci alquran, setelah itu dilanjutkan dengan sambutan dari dari ketua RW 04 Kelurahan Dupak Bangunsari Surabaya, tak ketinggalan Kepala Dinsos Jatim juga memberikan sambutan pada acara tersebut.
Acara yang dinanti pun akhirnya tiba, siraman rohani dari KH Khoiron Syu’aib. Setelah dipanggil oleh pemandu acara (MC) KH Khoiron Syu’aib menempati tempat yang telah dipersiapkan. Sambil memegang micropohe yang disediakan panitia, ia menyapa para jamaahnya (Germo dan PSK), ucapan salam KH Khoiron Syu’aib dijawab serentak oleh mereka.
“Gimana kabarnya Ibu-ibu, sehat semua kan?,” sapa KH Khoiron Syu’aib memulai ceramahnya.
Serentak para jamaah menjawab pertanyaan KH Khoiron Syu’aib
“Iya pak Ustad.”
Sejurus kemudian, laki-laki yang pernah menjadi guru SMP Tunas Buana, Wahid Hasyim, dan Pangeran Diponegoro, Surabaya ini menlanjutkan ceramahnya.
“Hari ini, kita kedatangan tamu dari Dinsos Jatim, selain itu kita juga harus bersyukur kepada Allah, sebab saudari kita yang jumlahnya sekitar 20 orang telah menyatakan diri insyaf dan akan kembali ke daerah tempat asal mereka. Dan mudah-mudah pada hari-hari selanjutnya semakin banyak dan bertambah dari para jamaah yang meyatakan berhenti dari pekerjaannya sebagai PSK dan Germo,“ kata KH Khoiron Syu’aib.
Sontak seluruh jamaah yang hadir menjawab pernyataan dan ucap syukur KH Khoiron Syu’aib,
“Amin!” jawab para jamaah serentak.
KH Khoiron Syu’aib melanjutkan santapan rohaninya, tapi kali ini ceramahnya diselingin dengan guyonan, ia nampak santai dengan baju berotiv batik, peci nasional (Warna Hitam, red) jelana kain lengkap dengan sepatunya. Badannya yang tegap membuat ia terlihat gagah dan berwibawa. Maski pun ceramahnya santai-santai saja, tetapi ada kesan para PSK dan Germo begitu meresapi apa yang diampaikan oleh KH Khoiron Syu’aib.
Salah satu buktinya adalah ketika KH Khoiron Syu’aib menanyakan kepada seluruh jamaah yang hadir pada saat itu,
“Ibu-ibu, kalo selalu berbuat dosa itu temannya siapa????,” tanyanya sambil melempar senyum kepada jamaah.
“Temannya setan pak Ustad,” jawab jamaah ber koor.
“Kalo setan tempatnya dimana ibu???,” sambung KH Khoiron Syu’aib menimpali jawab ibu-ibu.
“Di neraka!!!” Jawab ibu-ibu.
“Kalo sudah tahu tempatnya setan di neraka, kenapa ibu-ibu masih mau dan senang berteman dengan setan????” selidik KH Khoiron Syu’aib sambil tak lepas dengan senyumnnya.
“Karena enak,” jawab salah satu ibu, sontak jawaban ibu tadi mengundang tawa seluruh isi ruangan pada sore itu.
“Enak di dunia tapi di akhirat bersama dengan setan menjadi penghuni neraka,” jawab KH Khoiron sekaligus mengakhiri tawa riuh di ruangan tersebut.
Pengajian tak berlangsung lama, kurang lebih sekitar 15 menit. Jika dilihat memang terksan santai dan seperti bayolan semata, tapi begitulah dakwah KH Khoiron Syu’aib, yang memang terkesan nyantai tapi penuh makna. Sebagai acara penutup KH Khoiron Syu’aib mengajak seluruh jemaah yang hadir untuk bershalawat kepada Nabi Muhammad SAW.
Kemudian, pembagian sebako kepada para mantan PSK dan Germo yang akan pulang ke daerah masing. Pembagian sembako tersebut dipimpin langusung oleh Bapak Musthofa Kamal yang didampingi oleh segenap perangkat desa dan pada sesi acara terakhir sendiri. Pembagian sembako sendiri merupakan akhir dari serangkaian acara yang digelar pada sore itu.
Setelah pengajian mingguan itu usai, para PSK dan Germo yang masih aktif kembali ke tempat merka masing-masing dan menjalankan aktifitasnya kembali sebagai PSK dan Germo.
Selain di atas, menurut KH Khoiron Syu’aib juga selalu melakukan pendekatan dan dialog-dialog kecil dengan para PSK dan Germo, harapannya agar mereka merasa selalu diperhatikan dan tak ada lagi niatan kembali ke dunia hitam tersebut. Selain itu, KH Khoiron Syu’aib juga meyelipkan wacana-wacan tentang perobatan dan pintu tobat dari Allah kepada mereka. Dan jika sudah dirasa mampu dan mumpuni, KH Khoiron Syu’aib juga mengajak para PSK dan Germo untuk mengaji beberapa kitab, seperti Riyadus Solikhin, Mukhtarul al Hadits, serta kitab Aklhak.
“Pengajian tersebut saya lakukan dengan melibatkan semua elemen msayarakat yang ada di sini, mulai dari perangkat desa, para PSK dan juga Germo,” ujarnya.
Kata-kata hikmah yang keluar dari lisan KH Khoiron Syu’aib penuh dengan semangat memaafkan. Tidak pernah sekali pun keluar kata-kata tentang ancaman dosa, hukuman serta kesalahan manusia. Setiap kali berdakwah ia tak lepas dari dagelan dan lagu-lagu yang sengaja ia nyanyikan untuk jamaahnya, serta tak lupa myisipkan kalimat-kalimat alquran untuk menyemangati mereka (PSK dan Germo, red). Dirinya tak pernah mengaku orang yang suci, bahkan tanpa ragu di hadapan jamaahnya ia berkata, “Saya berdosa, anda juga berdosa; kita semua berdosa. Tapi, melalui sifat rahman dan rahimnya Allah kita bisa kembali ke jalan yang diridhaiNya,” tentunya penytaan KH Khoiron Syu’aib ini begitu berkesan dan pesan yang membesarkan hati mereka.

Diancam Sebilah Pedang             
Apa yang dilakukan dan dirintis KH Khoiorn Syu’aib tak selalu berjalan mulus dan tanpa halangan. Tidak semua masyarakat Bangunsari menerima kehadirannya. Cibiran, cemohan dan hinaan pernah menderanya, seperti yang ia ceritakan kepada tim penulis, ada segelintir orang yang mencibir apa yang dirinya lakukan, “Untuk apa dia berdakwah di sini, toh setelah keluar dari tempat itu (Gedung Bioskop, red) mereka akan bekerja lagi seperti biasanya, buang-buang waktu saja,” kenangnya menirukan cibiran orang yang tak ia sebutkan namanya.
Memang terlihat unik dan aneh. Seakan sebagai sebuah profesi dan menjadi mata pencarian. Sebab, meski pun mereka (PSK dan Germo, red), rajin mengikuti pengajiannya KH Khoiron, mereka juga tetap menjalani aktivitasnya sebagai PSK dan Germo, hal tersebut yang selalu disayangkan oleh masyarakat yang tidak senang terhadap kehadiran KH Khoiron. Dan mereka menganggap apa yang dilakukan KH Khoiron hanya perkerjaan yang sia-sia.
Tetapi, KH Khoiron memiliki pendapat yang berbeda, dirinya tak pernah menegur bahkan mengancam jamaahnya yang kembali lagi menjadi pelacur atau germo, sebab ia yakin hidayah dari Allah datangnnya tidak bisa ditebak dan direkayasa, apa yang ia lakukan hanya sebatas usaha seorang hamba untuk menolong hamba yang lain, seiman yang sedang tersesat. Persoalan insyaf atau tidak itu urusan Allah SWT. Tapi dirinya yakin, suatu saat Allah akan menurunkan hidayah dan membuka pintu hati mereka (PSK dan Germo) untuk bertobat. Yang penting menurut KH Khoiron, kita sebagai manusia tak pernah lelah dan putus asa membimbing mereka.
Cobaan lain yang lebih serius adalah ketika dirinya diancam dengan sebilah golok oleh salah satu germo di tempatnya, secara terang-terangan si germo mendatangi tempat pengajiannya dan mngancam akan membunuhnya. Hal tersebut tentunya menggegerkan dan membuat suasana tegang waktu itu, namun KH Khoiron tak begitu menanggapi dan meladeni ancaman si germo, bahkan ia tetap menghormati dan menunjuukan simpati kepada si germo yang mengancamnnya. Sebab ia menganggap ancaman sebilah pedang dari si germo merupakan salah satu cobaan yang ia hadapi dalam dakwahnya,
“Saat itu saya biasa-biasa saja, tetap santai dan tenang, karena saya yakin banyak warga yang akan membantu saya. Dan meski pun saya di ancam seperti apa pun bentuknya, saya akan tetap menjalankan aktivitas saya,” kisahnya kepada tim penulis.
Selain godaan yang mengancam keselamatnnya, suatu saat ia juga pernah mengalami cobaan yang mengelikan. Pasalnya, ia pernah di rayu dan digoda agar mejadi suami atau diminta untuk menikahi salah satu PSK di tempat itu. Hal tersebut sering terjadi diluar aktivitas dakwahnya. Bahkan ketika ia sedang berjalan-jalan disekitar daerahnya untuk mencari angin ada salah satu PSK yang dengan berani menarik tangan KH Khoiron untuk diajak “Main” namun hal tersebut ia tolak dengan santun dan berusaha tak melukai perasaan si perayu.
“Ada perasaan sungkan dan malu waktu itu, tapi saya rasa ini salah satu cobaan dakwah yang saya lakukan,” katanya mengenang apa yang pernah ia alami.
KH Khoiron sadar tak mudah untuk menghilangkan aktivitas pelacuran di sesanya tersebut, tapi paling tidak ia bisa membantu mengikis pelacuran di daerahnya melalui pendekatan hati. Berdakwah dengan bil hikmah melihat persoalan dari dalam diri PSK sendiri. Tidak pernah melakukan pemaksaan terhadap mereka, membiarkan mereka insyaf dengan sendirinya, mendapatkan hidayah dari Allah dengan sendirinya. Apa yang ia lakukan hanya membantu mereka saja.
“Saya berdakwah ala Wali Songo saja, berdakwah dengan pedekatan hati,” katanya.
Ia yakin, dalam hati kecil para para PSK dan Germo ada keinginan untuk berhenti dari dunia kelamnnya, mereka pasti ingin berhenti dari dunia yang bergelimang dosa dan maksiat itu. Tak ada seorang pun yang ingin selalu hidup dihantui oleh rasa bersalah dan dosa, ia pasti ingin kembali ke jalan yang bernar jalan yang diridhoi oleh Allah yaitu Islam. Hanya waktu dan hidayah Allah yang bisa menjawab
Kegetiran mereka.
Ketekunan dan keyakinan KH Khoiron Syu’aib telah membuahkan hasil, setidaknya itu yang sekarang terlihat. Pembinaan mental yang disampaikan KH Khoiron Syu’aib rupanya banyak menyentuh dan megena pada hati para PSK mau pun Germo.  palin tidak Jika dibandingkan dengan akhir tahun 1980 an di tempat itu masih berdiri tegak sekitar 700 rumah bordir sebagai pusat prostitusi. Bandingkan dengan sekarang, yang jumalah PSK nya hanya sekitar 300 dari 4000 an  PSK dan germo. Dan dari 300 an PSK ini pun, KH Khoiron Syu’aib bersama Ketua RT diminta oleh Dinsos Jawa Timur untuk melokalisasi mreka cukup pada RT 1 dan 2 saja. Tujuannya, untuk memudahkan pembinaan dan kontrol terhadap mereka.
“Itulah keajaiban dan hidayah dari Allah, kalau Allah berkehendak siapa pun tak bisa menghalanginya,” katanya.

Spesialis Nikah Sirri
Satu hal yang menarik bagi tim penulis, selain aktif sebagai da’i ia acap kali menikahkan sirri para PSK atau Germo yang telah insyaf. Hal itu dilakuannya secara ihklas dan suka rela.
Bagi KH Khoiron Syu’aib sendiri, permintaan untuk menikahkan sirri mantan PSK dan Germo memiliki kesan tersendiri baginya. Pasalnya, hal tesebut menjadikan salah satu keberhasilan dan tujuan dari dakwahnya sendiri.
Baginya pernikahan sirri (pernikahan secara syariat Islam dinyatakan sah,red), meski pun secara hukum meyalahi aturan yanga ada, hal tersebut (nikah sirri, red) harus tetap ia lakukan bilamana ada permintaan dari mereka (PSK dan Germo, red). Sebab, jika dibirkan maka yang terjadi para PSK dan laki-laki hidung belang akan tetap tinggal serumah, layaknya suami isteri, inilah yang ia tak inginkan.
“Bagi saya yang terpenting adalah mereka tidak melanggar syariat islam, dan mereka sadar serta mau bertobat,” katanya.
Tak terhitung berapa kali ia menikahkan sirri anak binaannya (PSK dan Germo, red), yang terpenting baginya kumpul keboo, kemaksiatan tak terus-terusan merajalela.

Berbuah Manis “Diundang Konjen Hongkong”
Bagi sebagian besar da’i di Surabaya, keberadaan KH Khoiron Syu’aib sebagai juru dakwah spesialis para PSK dan Germo sudah tak asing lagi. Dan dirinya pun tak pernah mempermasalahkan sebutan di atas, baginya apalah arti sebuah nama atau panggilan, yang terpenting dan utama adalah apa yang ia sampaikan kepada para PSK dan Germo mengena di hatinya.
Dirinya sadar, pada hakikatnya gaya ceramahnya tak ada yang istimewa, bahkan terkesan biasa-biasa saja. Tidak berkoar-koar layaknya orator. Hanya saja materi yang disammpaikannya sarat dengan pesan bahwa antara si penceramah dan yang diceramahi sama-sama memiliki konsekuensi dan tanggung jawab yang seimbang, artinya apa yang ia sampaikan kepada jamaahnya seharusnya sudah ia lakukan sebelumnnya. Sederhananya seorang da’i bukan hanya pandai berceramha saja, tetapi juga harus melakukan apa yang ia ceramahkan.
“Saya rasa banyak yang pintar berceramah, tapi sedikit yang mengamalkannya. Allah mengnacam melalui salah satu ayatnya, kaburo maqtan ‘indallahi antaquuluuna maalaa taf’alun. Yang mendegarkan pun juga tak luput dari ertanggung jawabannya, bahwa setiap penglihatan, pendengaran dan pikiran akan dimintai pertanggung jawabannya, innasam’a wal bashara wal fuaada qullu ulaaika kaana ‘anhu mas‘ula,” katanya.
Ternyata ketenaran KH Khoiron Syu’aib sebagai kiyainya PSK dan Germo terdengar juga oleh Konsulat Jenderal (Konjen) Hongkong yang ada di Jawa Timur, pada bulan Ramadhan 2008 ia bersama salah satu petugas Dinas Sosial Jawa Timur di undang untuk berceramah di hadapan Tenaga Kerja Wanita (TKW) yang ada di negara tersebut.
“Selama 15 hari saya keliling ceramah di beberapa tempat penampungan TKW asal Indonesia yang ada di sana,” katanya.
Dalam hasil dialognya dengan para TKW yang ada di sana, ia menceritakan setiap hari minggu mereka (TKW, red) libur kerja. Kesempatan liburan itu tak disia-siakan oleh mereka, atas kesadaran mereka membentuk kelompok-kelompok pengajian, nah keberadaan kelompok-kelompok pengajian tersebut kemudian terlihat oleh Konjen Hongkong di Surabaya, hingga mereka mendatangkan dirinya.
“Undangan untuk berceramah di hadapan ribuan TKW di Hongkong sebelumnnya tak pernah saya duga. Dan ini merupakan kehormatan bagi saya sendiri, sebab saya sendiri tak pernah menyangka akan sampai ke sana untuk berceramah selama satu bulan penuh,” bebernya kepada tim penulis.     
Begitulah sosok KH Khoiron Syu’aib “Kiyainya Para PSK dan Germo,” kendati pun prestasi dan penghargaan sedimikian rupa telah diraihnya, tetapi laki-laki berbadan tegap ini tak pernah membanggakan diri, penampilannya yang bersahaja, rumahnya yang terlalu wah, tak pernah mebedakan setiap tamu yang datang ke rumahnya. Banginya semuanya sama di mata Allah, dirinya, keluarganya serta orang-orang di sekitarnya. Yang selalu ada dalam benaknya adalah bagaimana ia bisa dengan sekuat tenaganya menghilangkan catatan hitam, lembah dosa (prostitusi, red) daerahnya.
Bersama isteri dan ketiga anaknya ia tinggal di tengah-tengah daerah Bangunsari, mendidik dan membina para PSK dan Germo dengan hati. 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar