Assalamualaikum w.w.
Bismillah hi Rahman ni Rahim
Setelah  aku jauh melangkah, setelah dua gunung aku lalui. Aku bertemu banyak  bunga dan kumbang. Mereka ada yang ramah juga ada yang pemarah. Walaupun  demikian mereka semua memberi aku sebuah nasihat tentang kehidupan.
Setelah  aku sampai pada suatu karang di tepi laut, kulihat kembali perjalanan  masa lampau. Kulihat lagi dua gunung yang telah aku lalaui. Ku lihat  lagi elang yang masih menyeruak memanggilku untuk menyemangatiku. . Tak  terasa kakiku ini telah jauh melangkah, jauh hingga dua gunung dapat  terlamapaui. aku belum pernah melangkah sejauh ini. Samapai jauhnya  hingga tak kukenali lagi tempat ini, tempat di mana sekarang aku duduk  termenung.
Aku masih juga termenung dan aku di sadarkan oleh  deburan ombak yang mengantarkan nelayan kembali ke daratan dengan sinar  mentari yang semakin menipis diganikan cahaya bulan dan bintang. Aku  tersadar dan aku tanya pada diriku sendiri “Dimanakah aku sekarang?  Dimana?”.
Ku lihat disekelilingku orang-orang yang tak ku kenal.  Aku mau bertanya tetapi aku malu pada diriku sendiri, tetapi jika tidak  bertanya aku tidak tahu jalan pulang. Lantas ku lihat ada dua sosok  wanita hendak kembali ke rumah dari menjaring ikan. Sangat aneh, tetapi  begitulah adanya.
“Maaf, boleh saya bertanya?”
“Iya,  silakan”
“Mba, hendak ke mana? Bisa tunjukkan saya tempat untuk  beristirahat?”
“Mari, silakan ikut saya.”
Sambil berjalan  mengikuti dua wanita itu, aku berbincang dengan mereka menanyakan  mengapa mereka menjaring ikan, tidak menunggu suami mereka berlabuh dan  mengapa pula mereka tidak di rumah memasak untuk makan malam suami  mereka. Mereka hanya menjawab “Ini adalah suatu perubahan. Zaman sudah  mengeluarkan kami dari rumah kami dan inilah pilihan kami. Kami orang  pesisir maka kami menjaring ikan.” Akhirnya sampai aku di rumah mereka.  Setelah makan malam, aku melanjutkan cerita.
“Mba saya telah  melewati dua gunung dan sampai di tempat ini.”
“Mengapa Engkau  berjalan hingga sejauh itu?”
“Aku tak tahu. Aku tersadar ketika  sudah sampai di tempat ini.”
“Engaku orang yang bodoh.”
“Mengapa?”
“Engkau  tidak dapat memperjalankan kakimu ke tempat yang sudah digariskan  untukmu.”
“Aku tidak tahu, aku hanya tersesat.”
“Jangan  bersembunyi di balik kelemahan mu.” “Kamu wanitai. Kamu juga kuat”. “Ada  yang tertinggal di belakang mu?”
“Tidak.”
“Bodoh!”
“Masihkah  kau tidak ingat jasa makhluk di antara dua gunung itu? Sudah lupakah  kau dengan kumbang yang melantunkan nyanyian untukmu? "
“Astaghfirullah.”
“Kau  ingin tahu apa nama tempat ini?”
“Iya”
“Tempat ini  bernama “Cinta”?”
Mendengar nama tempat dimana aku tersesat, aku  meneteskan air mata. Ternyata selama ini aku tersesat dalam cinta. Cinta  yang awalnya tulus berubah menjadi jalan terjal dan berliku yang  membawaku sampai ke tempat ini. Ternyata, selama ini hidupku hanya untuk  sebuah cinta yang hanya mengantarku sampai di tempat ini, tempat yang  indah, tetapi hanya sementara waktu karena jika dua gunung itu meletus,  lenyaplah tempat ini.
“Bagaimana aku bisa pulang?”
“Kau  takkan bisa pulang!”
“Jadi aku akan mati di tempat ini?”
“Kau  tidak pernah belajar!” “Mengapa kau harus mati di tempat ini?” “Kau  bisa sampai di sini mengapa kau takut tak bisa kembali?”
“Kalau  begitu tunjukan aku jalan pulang?”
“Tak bisa!” “Kami tak bisa  tunjukimu jalan pulang. Hanya kau sendiri yang dapat menemukannya, tapi  kami bisa beritahu apa nama jalan untuk kau pulang.”
“Apa  namanya?”
“Ikhlas”
 
Ayo Bangun Dodol........
BalasHapus