3 Juni 2011

Akulah bintang…


Akulah bintang…
Dan setiap langit adalah kerajaanku
Akulah matahari
Dan setiap pagi adalah pintu rumahku
.
Setiap detiknya, aku jadi raja bagi hatimu
Dengan permadani merah membentang
Hinga kakiku terasa engan melangkah
Mewah
.
Dan setiap kali menikmati setiap jilatan
Engkau selalu bersumpah
Tiada kenikmatan dari surga dunia
Yang sebanding dengan ini
.
Pejam matamu adalah perhatianmu
Menafikan semua bisikan
Teriakan hanya kibasan kipas besar dari kertas
Yang tidak berdaya oleh angin
.
Dan ketika hujan mulai turun
Aku bukan apa-apa bagimu
Dan ketika angin bertiup kencang
Aku bukan apa-apa bagimu
.
Gelap itu membuka matamu
Meninggalkan birahi duniamu
Harusnya gelap, hujan, angin bukan mantra penyadar, gumamku
Menjadikan kesadaran otak memalingkan muka
.
Dan aku harus muntah,
mencibir dan sesekali meludah
Hanya sebatas itu kah birahi duniamu
Wahai pejuang dunia
Mana pedang logammu? Mana baju besimu?

Aku tak merasa kalah dalam penantian ini
Aku hanya merasa lelah yang teramat sangat
Setelah mengurung hatiku dalam cinta yang tak pernah terjawab
Aku seperti tertusuk duri yang tak pernah kusadari
seberapa dalam meninggalkan luka perih
Menikmati sakitnya sampai tak terasa lagi luka telah mengalirkan darah
Begitu dalamnya cinta menghunjam hingga tak bisa kubedakan lagi antara tangis & tawa
Keduanya telah menjadi satu dalam butiran hampa
Terbata dalam kata
Tertatih dalam jejaknya
Tersia-sia tanpa bahagia
Aku mungkin belum kalah, tapi yang pasti aku mulai kecewa
Membawa kakiku berjalan menjauh dari cintamu
Perlahan tapi pasti
Tertahan tapi tak punya daya untuk kembali

Tidak ada komentar:

Posting Komentar