Bisakah ia menutup hari ini tanpa hanya meninggalkan gelap pada langitku?
"Sahabatku  yang entah ada dimana, apa kabar? semoga kamu selalu dalam  lindungannya. Dimanapun..kapanpun.. aku telah mencarimu lama sekali,  namun tak satupun jalan yang kutemukan berakhir padamu. Aku percaya kau  masih bisa mengingatku dengan baik sebagaimana aku mengingatmu disini. 
Aku menulis ini, karena telah begitu  lama rasanya rasa ini menjalar. Tak tertahan sehingga tiap malam aku  selalu terbangun. Mereka telah terlalu kuat untuk kutahan , tubuhku tlah  rapuh karena selama ini mereka mengikisku sedikit demi sedikit. Aku  hanya tak ingin pertemuan kita di lapangan itu merupakan pertemuan  terakhir kita. Karena kau tak mengucapkan sepatah katapun. 
Sore  itu aku berada di depan rumahmu.  Lihatlah, tembok itu telah luntur  warnanya. atapnya juga sudah terkelupas. Tapi lihat! Bunga-bunga di  bawah jendela yang selalu disiram ibumu, mereka tetap segar, tak ada  yang mengganggu mereka, juga dengan tanah-tanah becek itu, batang kayu  mati itu, gemericik kolam itu, juga sebuah foto dalam pigura yang  mungkin tak sengaja kau tinggalkan.. semuanya masih hidup.
Setelah   keberangkatanku ke kota ini,  banyak hal yang hilang, terutama hal yang  biasanya dengan mudah kutemui di tempat kita, rumah kita. Hujan disini  tak pernah mengalahkan keindahan hujan di Rumah kita. Aku tahu bahwa kau  dan aku adalah orang yang sama. Sama-sama lebih menghargai kelabunya  masa lalu daripada kemewahan yang didapatkan sekarang. Mungkin tak  banyak orang aneh seperti kita. Tapi dengan itulah kita menghargai alam  semesta, dan Tuhan yang menciptakannya.
Pensil  kayu ini, aku lupa mengembalikannya dulu, pensil yang kupinjam untuk  menggambar garis di dinding kamar ayahku saat aku kesal karena ia tidak  memberiku izin main keluar rumah waktu itu. Masih kusimpan dengan rapi  diantara pensil-pensil milikku. Ia memang yang paling kecil, tapi juga  yang paling berharga. Karena itulah satu-satunya benda yang tertinggal  darimu.Terkadang,aku  ingin sekali menangis saat aku kembali . Karena aku berharap bisa  bercerita banyak tentangmu. Tentang apa saja yang kudapat selama aku  disini. Tapi...semuanya sudah tak mungkin bukan? meski bukan maksudku  untuk mengakhiri semuanya. Aku bingung ingin bercerita dengan siapa, itu  saja. Maka jangan heran jika melihat buku-buku tebal berisi  catatan-catatan luka di kamarku. Juga puisi-puisi duka yang mengiringi  tidurku..
Sebenarnya masih banyak yang ingin kutuliskan. Tapi biarlah,  suatu saat semuanya pasti tertuliskan. Meski aku tahu, bahwa impian  takkan pernah cukup untuk dituliskan. Aku berterimakasih padamu untuk  yang kesekian kalinya. Untuk doamu, dan impianmu untukku. Seorang  sahabat yang tak bisa melakukan apa-apa, saat bayangmu meninggalkan  mimpi-mimpi kita.."
Bondowoso,17 April 2010
     "Baiti Jannati" 
 

Tidak ada komentar:
Posting Komentar