3 Januari 2011

Surat untuk Sahabat

Bisakah ia menutup hari ini tanpa hanya meninggalkan gelap pada langitku?
"Sahabatku yang entah ada dimana, apa kabar? semoga kamu selalu dalam lindungannya. Dimanapun..kapanpun.. aku telah mencarimu lama sekali, namun tak satupun jalan yang kutemukan berakhir padamu. Aku percaya kau masih bisa mengingatku dengan baik sebagaimana aku mengingatmu disini. 
Aku menulis ini, karena telah begitu lama rasanya rasa ini menjalar. Tak tertahan sehingga tiap malam aku selalu terbangun. Mereka telah terlalu kuat untuk kutahan , tubuhku tlah rapuh karena selama ini mereka mengikisku sedikit demi sedikit. Aku hanya tak ingin pertemuan kita di lapangan itu merupakan pertemuan terakhir kita. Karena kau tak mengucapkan sepatah katapun. 
Sore itu aku berada di depan rumahmu.  Lihatlah, tembok itu telah luntur warnanya. atapnya juga sudah terkelupas. Tapi lihat! Bunga-bunga di bawah jendela yang selalu disiram ibumu, mereka tetap segar, tak ada yang mengganggu mereka, juga dengan tanah-tanah becek itu, batang kayu mati itu, gemericik kolam itu, juga sebuah foto dalam pigura yang mungkin tak sengaja kau tinggalkan.. semuanya masih hidup.
Setelah  keberangkatanku ke kota ini,  banyak hal yang hilang, terutama hal yang biasanya dengan mudah kutemui di tempat kita, rumah kita. Hujan disini tak pernah mengalahkan keindahan hujan di Rumah kita. Aku tahu bahwa kau dan aku adalah orang yang sama. Sama-sama lebih menghargai kelabunya masa lalu daripada kemewahan yang didapatkan sekarang. Mungkin tak banyak orang aneh seperti kita. Tapi dengan itulah kita menghargai alam semesta, dan Tuhan yang menciptakannya.
Pensil kayu ini, aku lupa mengembalikannya dulu, pensil yang kupinjam untuk menggambar garis di dinding kamar ayahku saat aku kesal karena ia tidak memberiku izin main keluar rumah waktu itu. Masih kusimpan dengan rapi diantara pensil-pensil milikku. Ia memang yang paling kecil, tapi juga yang paling berharga. Karena itulah satu-satunya benda yang tertinggal darimu.Terkadang,aku ingin sekali menangis saat aku kembali . Karena aku berharap bisa bercerita banyak tentangmu. Tentang apa saja yang kudapat selama aku disini. Tapi...semuanya sudah tak mungkin bukan? meski bukan maksudku untuk mengakhiri semuanya. Aku bingung ingin bercerita dengan siapa, itu saja. Maka jangan heran jika melihat buku-buku tebal berisi catatan-catatan luka di kamarku. Juga puisi-puisi duka yang mengiringi tidurku..
Sebenarnya masih banyak yang ingin kutuliskan. Tapi biarlah, suatu saat semuanya pasti tertuliskan. Meski aku tahu, bahwa impian takkan pernah cukup untuk dituliskan. Aku berterimakasih padamu untuk yang kesekian kalinya. Untuk doamu, dan impianmu untukku. Seorang sahabat yang tak bisa melakukan apa-apa, saat bayangmu meninggalkan mimpi-mimpi kita.."
Bondowoso,17 April 2010
     "Baiti Jannati"

Tidak ada komentar:

Posting Komentar