8 November 2010

Galak

Kearoganan bila kata-kata itu terlempar.
Kesalahan bila kata itu akhirnya membuatku merasa beda
Bukan bukan bukan itu maksudmu…
Bukan, bukan bukan itu maksudku
Sosok, ga ada sosok yang sempurna
Bayang, ga ada bayang yang sempurna
Indah, ga ada keindahan yang sempurna
Lembut, ga ada kelembutan yang sempurna
Arogan, ga ada arogan yang sempurna
Sekalipun itu akhwat, ga ada akhwat yang sempurna
Sekalipun itu ikhwan, ga ada ikhwan yang sempurna
Dan semuanya hanya semu saja….
Semu dunia yang kadang sinarnya terlalu memukau mata
Dengar, kau mampu mendengar
Rasa, kau mampu merasa
Teriak, kau mampu teriak
Cela. kau mampu mencela
Nangis, kau-pun mampu menangis
Silahkan saja, tapi ada etikanya …
Entah, kumulai dari mana
Entah kau mulai dari mana
Saat semuanya indah terasa semrawut
Saat semuanya lembut, terasa menyakitkan
Saat semuanya tenang, terasa mengkhawatirkan
Galak, egois, arogan atau apalah namanya
Ke yang lain ga boleh, ke aku-pun jangan
Galak, andai kau tahu galak itu menyebalkan
Terasa sempit, terasa berat, terasa hina, terasa ternoda
Terasa terasing, terasa kekanak-kanakan
Terasa sangat memprihatinkan
Walau ku juga ga meminta kau harus memanjakanku
Kalaupun ga mau memanjakanku, jangan galak kepadaku
Kalaupun mau membenciku, jangan galak kepadaku
Kalaupun mau memarahiku, jangan galak kepadaku
Kalaupun mau menamparku, jangan galak kepadaku
Walau atas nama dakwah, Walau atas nama amanah
Walau katamu, untuk menjadikanku lebih militan
Semua bisa diatur dengan hati dan hikmah
Lihat saja, Hamzah mampu menahan marahnya, saat ia terkepung 3000 pasukan kafir
Lihat saja, Yusuf mampu menahan marahnya, saat ia dimasukkan ke sumur oleh saudaranya
Lihat saja, si tegar Aisyah mampu menahan marahnya ketika fitnah besar’selingkuh’ itu berhembus
Lihat saja, Umar mampu menahan marahnya ketika ia mau digulingkan hanya karena ada mis understanding 2 kabilah
Lihat saja, Salman Al Farisi mampu menahan marahnya, ketika ia diperlakukan sebagai kuli oleh warganya sendiri
Lihat saja, Rosululluh mampu menahan marahnya ketika ia dilempari kotoran unta

Lihat, Dengar dan Rasakan
Mari beristighfar dan bersholawaat
Marah yang ditahan, mampu mendatangkan berkah.
Sabar yang diagungkan, mampu menuai kemuliaan.
Jangan lagi marah padaku, Maafkan aku…
Memang beginilah diriku, kuakui ku tak sesempurna yang kau kira.
Pikirku tak seluas pikirmu, kusadari itu
Biarkan semuanya menjadi lumrah, bukan berarti pasrah.
Dalam sabdanya Laa Taghdhob, jangan marah… (HA : 16)
Silahkan menampar dengan tulisan, jangan dengan lisan.
Silahkan berdebat dengan tulisan, jangan dengan lisan.
Silahkan mengacaukan segalanya dengan tulisan, jangan dengan lisan.
Saat kumerasa tulisan lebih mempunyai arti, saat lisan enggan berbunyi
Suer! Aku mau dinasehatin, Tapi aku ga mau digalakin

Tidak ada komentar:

Posting Komentar