26 Juli 2011

Cintaiku dalam Ketidaksempurnaanku

Apa lagi yang tersisa dari ketampanan setelah dia dibagi habis oleh Nabi Yusuf dan Nabi Muhammad ?? Apa lagi yang tersisa dari kecantikan setelah dia terbagi habis oleh Sarah istri Nabi Ibrahim dan Khadijah istri Nabi Muhammad ?? Apalagi yang tersisa dari kebajikan hati setelah dia direbut Utsman bin Affan ?? Apalagi yang tersisa dari kehalusan setelah dia direbut habis oleh Aisyah ?? ( Anis Matta )
Sulitnya seseorang untuk menerima sebuah ketidaksempurnaan apalagi persoalan cinta termasuk saya dan kamu. Padahal kita hanya mendapatkan sedikit pesona dari Para Nabi dan orang-orang shalih terdahulu, namun kesombongan kita akan kecantikan dan ketampaan layaknya orang yang sangat sempurna.
Kamu mungkin pernah mengalami sebuah tragedi cinta dimana kecantikan dan ketampanan menjadi sebuah pilihan, bukan agamanya yang menjadi sebuah acuan untuk kehidupan. Sehingga suatu saat kamu merasa kecewa dengan perubahan atau kamu menemukan ketidaksesuaian dengan yang kamu inginkan, karna pada dasarnya kamu hanya melihat lewat fisik bukan dengan cinta.
Cinta itu sangat mengagumkan dan juga membingungkan, kamu pasti menyadari hal itu. Bahkan ketika cinta merubah semua laku mu menjadi sebuah keindahan, karna cinta dari hati menjadi kata lalu menjadi laku. Bila kata saja yang terucap tanpa ada laku, maka yakinlah cinta itu hanyalah kepalsuan dan nafsu.
Ketidaksempurnaan ini lah yang membuat banyak manusia tertipu cinta, mereka hanya melihat cinta dari fisik. Yang diluar fisik mereka anggap tidak meyakinkan, tidak mungkin bisa dicintai atau justru karna dia tidak mepesona. Maka Fisik adalah ukuran pertama dari para manusia ini. Apakah kamu termasuk dalam manusia yang seperti ini ??
Justru ketika kamu menemukan ketidaksempurnaan dalam diri orang yang kamu cintai, itu karna dia juga tahu bahwa kamu pun tak sempurna. Dia mampu bertahan untuk orang yang dia cintai dengan ketidaksempurnaannya, lantas kenapa dirimu tak mampu untuk memberi hal yang sama yakni mencintainya dalam ketidaksempurnaannya. Tentu cinta dalam ketidaksempurnaan ini lah yang jauh lebih sempurna.
Ketidaksempurnaan ini lah yang nantinya membuahkan sebuah proses saling melengkapi sehingga ada sikap saling mengerti, saling memperbaiki, dan saling mengingatkan. Coba bayangkan jika kamu dan dia terlalu sempurna, saya yakin cinta kalian akan monoton tanpa ada sentuhan saling mengingatkan. Lalu dimana letak pembelajaran tentang cinta ??
Terlebih bila orang yang melakukan aktivitas pacaran, mereka hanya akan memperlihatkan kesempurnaannya saja. Semua kejelekan, ditutupi serapat mungkin seakan ketidaksempurnaan itu adalah sebuah kehinaan. Namun berbeda jika mereka berada dalam sebuah bahtera rumah tangga, mereka akan saling membahu untuk mencapai kesempurnaan dengan ketidaksempurnaan mereka sehingga mereka dapat mencapai JannahNya.
Aku ingin mencintai ketidaksempurnaanmu..
Jika ku tahu engkau sangat sempurna, maka ku tak pantas untuk mencintaimu karna aku tak sempurna..
Aku ingin mencintai ketidaksempurnaanmu..
Andai kau tahu aku tidak sempurna, maka engkau tak akan meninggalkanku sendiri karna ku tahu kau pun mencintai ketidaksempurnaanku..
Cintaiku dalam ketidaksempurnaanku..

Perempuan Cahaya di Taman Dzikir

Panas matari, hujan air mata rindu,
menyemai taman zikir, taman doaku
mawar-mawar yang Kau kirimkan padaku, Kekasih,
tumbuh merekah hiasi hamparan sajadah
yang terus memanjang pada sisa kala.


Di taman zikir, taman hening yang mawar itu
kutemui ribuan perempuan cahaya
Rabi’ah, Syarafunnisa
menjelangMu tergesa
tapi rengkuhlah aku, Kekasih,
sahaya yang resah merindu
telah kutumpukkan awan-awan asa itu
dan kudekap pelangi mahabbah
aku fana yang memanjati langit ma’rifatMu
di taman zikir, taman doa, taman nafasku
di tengah perempuan-perempuan cahaya
aku menjaga dengan airmata
nyala masa yang tersisa
demi hasrat abadi itu
biarkan, Kekasih
kupenuhiku denganMu
berharap jadi mawarMu
jadi lautMu
tanpa kenal kata “sampai ajal”
sungguh,
telah Kau fanakan diriku, Kekasih
tapi tidak cintaku padaMu
sebab di taman zikir, taman doa
taman nafasku
cinta kita, Kekasih
adalah baqa

15 Juli 2011

Ibu....., Aku Anakmu yang Durhaka

Anakku...
Ini surat dari ibu yang tersayat hatinya. Linangan air mata bertetesan deras menyertai tersusunnya tulisan ini. Aku lihat engkau lelaki yang gagah lagi matang. Bacalah surat ini. Dan kau boleh merobek-robeknya setelah itu, seperti saat engkau meremukkan kalbuku sebelumnya.
Sejak dokter mengabari tentang kehamilan, aku berbahagia. Ibu-ibu sangat memahami makna ini dengan baik. Awal kegembiraan dan sekaligus perubahan psikis dan fisik. Sembilan bulan aku mengandungmu. Seluruh aktivitas aku jalani dengan susah payah karena kandunganku. Meski begitu, tidak mengurangi kebahagiaanku. Kesengsaraan yang tiada hentinya, bahkan kematian kulihat didepan mataku saat aku melahirkanmu. Jeritan tangismu meneteskan air mata kegembiraan kami.
Berikutnya, aku layaknya pelayan yang tidak pernah istirahat. Kepenatanku demi kesehatanmu. Kegelisahanku demi kebaikanmu. Harapanku hanya ingin melihat senyum sehatmu dan permintaanmu kepada Ibu untuk membuatkan sesuatu.
Masa remaja pun engkau masuki. Kejantananmu semakin terlihat, Aku pun berikhtiar untuk mencarikan gadis yang akan mendampingi hidupmu. Kemudian tibalah saat engkau menikah. Hatiku sedih atas kepergianmu, namun aku tetap bahagia lantaran engkau menempuh hidup baru.
Seiring perjalanan waktu, aku merasa engkau bukan anakku yang dulu. Hak diriku telah terlupakan. Sudah sekian lama aku tidak bersua, meski melalui telepon. Ibu tidak menuntut macam-macam. Sebulan sekali, jadikanlah ibumu ini sebagai persinggahan, meski hanya beberapa menit saja untuk melihat anakku.
Ibu sekarang sudah sangat lemah. Punggung sudah membungkuk, gemetar sering melecut tubuh dan berbagai penyakit tak bosan-bosan singgah kepadaku. Ibu semakin susah melakukan gerakan.
Anakku...
Seandainya ada yang berbuat baik kepadamu, niscaya ibu akan berterima kasih kepadanya. Sementara Ibu telah sekian lama berbuat baik kepada dirimu. Manakah balasan dan terima kasihmu pada Ibu? Apakah engkau sudah kehabisan rasa kasihmu pada Ibu? Ibu bertanya-tanya, dosa apa yang menyebabkan dirimu enggan melihat dan mengunjungi Ibu? Baiklah, anggap Ibu sebagai pembantu, mana upah Ibu selama ini?
Anakku..
Ibu hanya ingin melihatmu saja. Lain tidak. Kapan hatimu memelas dan luluh untuk wanita tua yang sudah lemah ini dan dirundung kerinduan, sekaligus duka dan kesedihan? Ibu tidak tega untuk mengadukan kondisi ini kepada Dzat yang di atas sana. Ibu juga tidak akan menularkan kepedihan ini kepada orang lain. Sebab, ini akan menyeretmu kepada kedurhakaan. Musibah dan hukuman pun akan menimpamu di dunia ini sebelum di akhirat. Ibu tidak akan sampai hati melakukannya,
Anakku...
Walaupun bagaimanapun engkau masih buah hatiku, bunga kehidupan dan cahaya diriku...
Anakku...
Perjalanan tahun akan menumbuhkan uban di kepalamu. Dan balasan berasal dari jenis amalan yang dikerjakan. Nantinya, engkau akan menulis surat kepada keturunanmu dengan linangan air mata seperti yang Ibu alami. Di sisi Allah, kelak akan berhimpun sekian banyak orang-orang yang menggugat.
Anakku...
Takutlah engkau kepada Allah karena kedurhakaanmu kepada Ibu. Sekalah air mataku, ringankanlah beban kesedihanku. Terserahlah kepadamu jika engkau ingin merobek-robek surat ini. Ketahuilah, “Barangsiapa beramal shalih maka itu buat dirinya sendiri. Dan orang yang berbuat jelek, maka itu (juga) menjadi tanggungannya sendiri”.
Anakku...
Ingatlah saat engkau berada di perut ibu. Ingat pula saat persalinan yang sangat menegangkan. Ibu merasa dalam kondisi hidup atau mati. Darah persalinan, itulah nyawa Ibu. Ingatlah saat engkau menyusui. Ingatlah belaian sayag dan kelelahan Ibu saat engkau sakit. Ingatlah ….. Ingatlah…. Karena itu, Allah menegaskan dengan wasiat : “Wahai, Rabbku, sayangilah mereka berdua seperti mereka menyayangiku waktu aku kecil”.
Anakku...
Allah berfirman: “Dan dalam kisah-kisah mereka terdapat pelajaran bagi orang-orang berakal” [Yusuf : 111]
Pandanglah masa teladan dalam Islam, masa Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam masih hidup, supaya engkau memperoleh potret bakti anak kepada orang tua.

11 Juli 2011

Dipersimpangan Hati "Doa dan Harap"

Keheningan ini menyadarkanku
Mendorongku keluar dari kemarahanku
Saat aku merasa
Bahwa Engkau akan keluar dari hidupku
Keluar dengan membawa segenggam kekecewaan

Mendengar sebuah kehilangan
Membayangkan sebuah bisikan
Kini aku harus menerima
Sebuah irisan kesakitan

Saat detik terakhir
Aku berusaha menghilangkan kenangan itu
Aku menundukkan kepalaku
Agar air mataku tidak menyentuh hatiku

Ku memikirkan dengan beriring doa
Menantikan kepastian dari Sang Pencipta
Namun hatiku tetap gundah
Dengan segudang persoalan cinta
Yang membisikkan sebuah pengharapan
Menantikanku membatalkan semua presepsi ini

Aku kembali bertanya kepada Sang Pencipta
Dalam doa di iringi tangis
Apakah Cinta ini akan tetap memberikanku harapan
Kapankah dia bisa mengerti
Betapa besar harapanku menantikan dia mengatakan maaf

Tapi Hatiku sungguh gundah
Hatiku berteriak
Untuk Menghentikan ego ini
Cintaku masih terlalu berat
Untuk di kandaskan dalam sebuah bilik waktu

Cintaku masih terlalu besar
Untuk ditempatkan dalam memory hidupku
Untuk disimpan rapat-rapat
Hatiku masih membutuhkan Cinta itu
Walaupun 80% logikaku menolaknya
100% egoku membentak hatiku untuk sadar

Tapi hatiku tetap berkeras
Untuk kembali ke cinta itu
Telingaku mendengar bisikan hatiku
Memaksa logikaku untuk mendengar kata hatiku
Tanganku menunjuk dengan semangat
Menampar egoku untuk mendengar kata hatiku

Cinta,
Engkau didukung oleh hati ini
Dan bagian tubuhku yg lain sepakat menguatkanmu
Mengurung pemikiran dan egoku
Kedalam kekuatan Cinta ini
Membawaku kembali
Dengan sisa semangat yg aku miliki
Bahwa aku harus memperbaiki ini semua

Cinta,
Jika egoku telah memarahimu
Jika Pemikiranku telah menyakiti hatimu
Jika mulutku di perintah untuk berkata kasar terhadapmu
Maka maafkanlah Hatiku
Karena telah terlambat
Menyadarkanku
Bahwa Aku Mencintaimu

“Banyak Waktu Bersamamu, Yang Tidak Pernah Dapat Untuk Aku Hapus”.

Senja yang Mengajariku tentang Hidup

Senja bersemburat merah di ujung horizon. Pucuk-pucuk sinar jingga tertinggal malu-malu, dari Sang Surya yang mulai meringkuk ke peraduannya. Petang mulai padat mengisi ruang. Bias kegelapan menyelisip perlahan di antara garis-garis cahaya yang mulai memudar. Pantulan langit pada samudera berpendar mempesona walau gelap mulai makin kelam. Burung-burung terbang pulang ke sarang, melintas berkilasan berbaur dalam bianglala penuh nuasa seribu warna.
Memandangi keindahan di ujung petang, di antara selisir angin laut dan kehangatan sisa-sisa mentari senja. Duduk sendiri di pinggir jendela kamar, berkawan dengan keheningan. Ning yang tenang. Nang yang hening. Kesunyian begitu kental menyesakkan sanubari. Wangi mawar-mawar di ujung taman, yang menyeruak masuk tanpa diundang, tak mampu menggelitik menggoyangkan renjana hati.
Entah mengapa, di hari-hari terakhir ini ribuan getaran rindu tak pernah berhenti menghujam dada. Datangnya bagai bara, panas membakar menghanguskan ruang jiwa. Datangnya bagai sebungkah es, dingin menggigit membekukan sekelumit kesadaran hati yang tersisa.
Terlalu lama sudah aku bermimpi. Menelusuri angan mengikuti jejak sejarah yang pernah kau lukiskan. Menjembatani khayalan merengkuhmu menari dalam irama cinta di antara gerimis pagi. Tapi langkahmu Kekasih, begitu jauh berputar terbawa angin segara. Makin menghilang di sela-sela kabut yang mengitari lautan.
Sudah kucoba menata lagi hamparan puing-puing hati yang tertinggal. Mencoba menghapus jejak-jejak langkahmu yang tersisa di pasir-pasir pantai rumah cinta kita. Menggapai asa merengkuh harapan di kepingan awan putih di atas sana. Kadang tersedak menghirup sisa udara yang wanginya kau tinggalkan.
Malam makin kelam. Kegelapan mulai menyentak -nyentak, perlahan menyelimuti peraduan Sang Surya yang terlelap. Dewi Malam bergandengan tangan dengan Rembulan, mulai berdiri berjingkat perlahan mengitari bumi. Lalu dengan lembut ditiupnya sisa-sisa lilin jingga dari senja yang kemerahan. Wangi mawar yang mulai menguncup masih tertinggal di ujung kamarku, namun pelan-pelan mulai tergantikan dengan keharuman sedap malam yang menguasai kegelapan.
Terpesona memandangi sore yang Kau tinggalkan di sudut mimpi, tanpa sadar sepasang tangan lembut sudah beberapa saat merengkuhku dalam pelukan. Kehangatan menjalar meneduhi hujan yang mengalir lewat mataku. Ada salam sayang menyeruak masuk lewat wajah kunang-kunang di tepi taman. Ada kekuatan untuk tetap bersama dalam lingkaran tangan. Mengajak melafalkan kata-kata baru.
Malam makin berdandan rapi. Daun-daun kering mulai menggugurkan diri. Alampun mulai bersemadi.
Kekasih...ada ikrar lain yang aku pasrahkan pada dinding-dinding hati lainnya. Sisa-sisa keindahan yang ingin aku rengkuh. Melajukan perahuku bersama angin barat, mencari danau biru, awan biru, laut biru dan ikan-ikan yang menari ditimpa silaunya Mentari.
Toh esok, langit akan kembali terang dan awan-awan kembali memutih bagai kapas, beriringan mencari kelahiran dan menghadapinya dengan senyuman teramat manis.
Kekasih..bantu aku bermimpi lagi, berjingkat-jingkat di permukaan telaga bening mengalun bersama riak air .

Catatan tentang Kekalahan

Aku tau masih banyak yang memandang rendah dengan hidupku, mereka hanya bisa melihat airmata yang jatuh tapi mereka tak pernah tau betapa kerasnya hidupku, betapa beratnya cobaan demi cobaan yang sudah kuhadapi, mereka tak pernah mengerti bagaimana rasanya menjadi seorang pecundang, bagaimana rasanya ditolak, bagaimana rasanya tidak pernah diperhitungkan, dan perasaan yang harus aku terima saat harus dicampakkan berkali-kali..mereka tak pernah tau berapa ribu sayatan yang sudah kuterima dalam hatiku saat aku harus mengalami kepahitan yang mereka berikan padaku, mereka hanya bisa melihat kesedihanku, mereka tak pernah tau seberapa keras kubertahan dan tetap berdiri walau aku harus tertatih…
Pedih ini masih disini, tapi bukan berarti aku tak bisa melanjutkan hidupku, tahun-tahun yang ku punya memang terlihat gelap tapi bukan berarti aku bersembunyi dalam ketakutan, cuaca memang selalu buruk tapi bukan berarti aku tidak berani tuk melanjutkan perjalananku, aku disini membawa jas hujanku, walau usang dan sudah terkoyak tapi aku akan tetap berjalan diantara badai dan hujan..karena dari semua kekurang ajaran dunia ini, aku terus belajar memahami kesedihan, aku bukan manusia yang hanya bisa memaknai kebahagiaan tapi aku juga mampu memaknai semua hal yang terlihat buruk dimatamu, semua hal yang seharusnya tak pantas untuk di banggakan, tak pantas untuk dibagi, tapi aku berkata lain, aku akan terus bercerita tentang apa yang aku rasakan.. membagi kesedihan ini dengan hujan, membagi kehampaan ini dengan malam, meresapi kesepian ini bersama tembok-tembok kamarku yang selalu membisu..
Apakah aku hanya memaknai hal yang baik dalam hidupku..? Tidakkah aku juga harus menikmati hal yang buruk dalam hidupku..? apakah kau pikir kepedihan ini bukanlah karunia..? kerusakan-kerusakan dalam hatiku, sayatan yang begitu dalam saat semua orang melukai perasaanku adalah juga karunia untukku.. aku tidak akan bersyukur hanya pada hal yang baik, tapi aku juga akan bersyukur kepada Tuhan yang juga memberikanku kesempatan merasakan dinginnya malam yang kulalui dengan sendiri dan begitu dekatnya aku dengan kematian..kamu tidak akan pernah mengerti kebahagian sebelum kamu mampu memaknai kesedihan..jadi saat semua itu datang padamu, terima, nikmati dan habiskanlah waktu bersamanya..karena tak ada yang abadi begitu juga dengan duka yang ada pada hatimu…

Hanya Aku dan Hujan yang Tahu

Waktu memang sudah mendahuluiku jauh kedepan meninggalkan aku dengan sunyinya hatiku yang begitu kelam dan kelabu, namun aku disini yang begitu sendiri masih bisa tersenyum untuk diriku sendiri aku yakin satu waktu yang indah akan membuatku lebih hebat dari hari ini dan berdiri lebih kuat dari hari ini, saat hati yang kuinginkan tlah pergi menafikanku. 
Aku akan berhenti karena aku takkan memaksakan kehendakku, aku memilih berdiam di dalam kehampaan dan selalu tersenyum tuk apapun yang hatinya mau, apapun yang dia inginkan sekarang, kau pikir ini menyedihkan? tidak….. 
aku cukup bahagia saat mengetahui bahwa kau telah melupakan aku, serpihan kecil yang pernah ada di pelupuk matamu, cerita pendek yang sempat menina bobokanmu… bagiku itupun sudah lebih dari cukup… Malam ini semakin mencekam harus kulalui seorang diri, sesak akan tangis yang tertahan saat semua harus berlalu begitu saja… tak sempat mengucapkan selamat tinggal, tangan lembutmu tak sempat kuraih, dan keningmupun tak sempat kukecup tuk yang terakhir kalinya…aku terdiam terpaku menatap bayanganmu yang beranjak menjauh dan menghilang di ujung jalan hubungan kita.. 
saat itu juga duniaku kembali menjadi hitam putih…tak lagi berwarna dan terlihat kusam dimana-mana….dan berakhirlah semua.. 
Lebih dari perih, lebih dari sakit…semua kurasakan bersamaan, sama seperti penyakit komplikasi yang menyerangku tiba-tiba..membuatku rebah dan tergeletak tak berdaya..denyut ini seakan berhenti dan semua nada tak lagi beresonansi… kaki ku tak mampu menopang tubuhku..aku benar-benar terjatuh lebih parah dari apa yang pernah aku rasakan sebelumnya. Aku tidak akan menuntut apa-apa lagi dari seorang sepertinya…seorang yang begitu mudah melupakan semua yang dilewati bersama selama 4 tahun yang bagiku terasa begitu panjang…tapi semua itu tidak pernah berarti di hatinya dan sekarang menghilang ia benar-benar menghilang tak ada lagi yang tersisa… 
Aku lebih banyak melewati hari dengan sendiri dan tak lagi gegabah menjatuhkan hati pada siapapun juga, setiap yang ku inginkan tak kudapatkan dan yang tak kuinginkan selalu datang padaku..? lucu… memang… biarlah semua orang berburu yang terbaik di dunia ini..
aku hanya tertawa dari seberang jalan tuk semua tingkah laku mereka yang menggelikan, mencari sesuatu yang takkan ada habisnya… Aku tak pernah tau entah berapa lama lagi lagu-lagu sendu nan galau mengisi mp3 ku ditiap malam seperti ini… 
entah berapa lama lagi kan kutemukan perhentian hatiku….entah berapa lama lagi aku harus berdiri termangu bertahan dengan payung yang hampir koyak di tengah hujan badai kesepian seperti ini… 
Aku sudah berhenti bermimpi tentang sesuatu yang sempurna…karena itu takkan pernah kudapatkan walau hanya berupa serpihan… 
aku bisa saja jatuh hati, aku bisa saja menyukai, aku bisa saja menaruh rasa sayang…tapi sampai saat ini yang aku rasakan hanya kekosongan… aku mungkin bisa saja jatuh cinta tapi mungkin aku belum siap bertahan dalam suatu ikatan..aku belum siap tuk memberikan kepercayaanku pada siapapun…sekarang, yang bisa aku lakukan adalah menikmati kesendirian yang tak berkesudahan.. 
Sekarang aku hanya akan mengenangnya tidak lebih dari itu..dia hanya akan menjadi sebuah cerita, cerita hati yang selalu berada dalam pelukanku sampai kapanpun cerita ini hanya aku dan hujan yang tau bagaimana semua ini pergi dan meninggalkanku……………..