dari luka yang itu itu juga
rasa menikung di persimpangan
arahnya kian berkelok
Ini surat terakhir sayang
tak perlu kau tabur rindu sesudahnya
arah angin telah bertukar
jangan lagi tiup salam
pintu sudah tertutup
Palingkan wajahmu seperti dulu
melajulah dengan kehendakmu
aku bukan siapa siapa setelah surat ini kutorehkan
Masih ingat kataku padamu?
Jangan pulang sayang !
Tak perlu kembali pada kekosongan
Ku bukan penyanjung di altar sesembahan
Hanya perajuk sebuah kegagalan
Ketika muka kau palingkan
Empat tahun cukup sebagai kenangan
Pasrahmu masih melumat sepi
Di akumu yang penuh keakuan
Jangan cari penawar di sini sayang
Karena cangkir telah kau pecahkan
Ini surat terakhir untukmu sayang
Surat penutup mimpi
Yang pernah kita bangun dalam jaga
Pergilah dengan senyum merekah
Seranum yang pernah kau berikan dulu
Biar kisahnya menyatu
Dalam laknat khianat itu
Yang gemanya kau tiupkan untukku
Hati yang pernah kau titip
Telah berlumur waktu
20 bulan membuatnya semak
Dengan jejak jarum menusuk ulu hati
Darahnya tercecer
membasahi beling cangkir yang kau banting
Tak ada lagi angin yang kabarkan kagum
Tak ada lagi mimpi yang harus ditarik ke ranjang tidur
Cintamu laut yang kukira padang
Kisahnya telah membuatku tenggelam
Antara aku dan kamu tak ada lagi kita
Kesunyian yang getir itu
Biar melumat malammu
Karena di sini tak ada lagi rindu
Ini surat terakhir sayang
Bacalah dengan pelan
Karena cinta telah menganugerahimu air mata
Saat aku masih mampu tertawa
Kesunyian akan terus singgah dengan lembut
Tapi dengan kuat ia akan regut hatimu
Membawa rasa dari nestapa yang kau taburkan
Biar setiap menit jadi hitungan tahun sesal
Karena pintu telah tertutup sayang
Kamu tak perlu pulang
Ini surat terakhir sayang
Anggap saja tamu asing
Bagai mimpi yang berlalu
Saat kau terjaga
Tidak ada komentar:
Posting Komentar