I. PENGERTIAN FILSAFAT
1. ARTI FILSAFAT
Filsafat adalah pandangan tentang dunia dan alam yang dinyatakan secara teori. Filsafat adalah suatu ilmu dan suatu metode berfikir untuk memecahkan problem-problem gejala alam dan masyarakat. Filsafat merupakan sikap hidup manusia dan sebagai pedoman untuk bertindak dalam menghadapi gejala-gejala alam dan masyarakat. Filsafat bukan suatu kepercayaan yang dogmatis dan membuta.
2. PENGENALAN FILSAFAT
Persoalan pokok dalam filsafat adalah Sejarah adanya pertentangan antara ide dan materi.
Orang yang mengatakan ide ada lebih dahulu ketimbang materi, maka dia sering di sebut idealis. Sedangkan yang mengatakan materi ada lebih dahulu, maka dia di sebut materialis. Namun antara keduanya tentu tidak dapat di pisah-pisahkan. Keduanya harus runtut dan berkaitan. Karena ide tanpa di materialkan maka akan sia – sia, begitu juga dengan materi, tanpa tau teorinya maka tidak akan jadi apa – apa. Namun kita harus paham manakah yang primer dan mana yang sekunder?
Adanya serikat buruh di tempat kita bekerja, tentunya bukan muncul secara kebetulan. Namun adanya serikat buruh di karenakan adanya persoalan bersama yang tidak bisa di selesaikan secara indifidu. Sehingga dari banyaknya persoalan yang di alami oleh buruh maka berkumpulah kita untuk membentuk kelompok diskusi. Dari kelompok diskusi kemudian terbentuklah serikat buruh. Itu menunjukan bahwa, munculnya serikat buruh bukan karena kebetulan dan juga ikut – ikutan. Lahirnya Serikat Buruh bukan karena semata-mata lahir dari ide, atau dalam kata lain “jangan kita berserikat tanpa tau tujuan dari serikat itu sendiri”. Dari pemaparan tersebut dapat di simpulkan bahwa, ketika kita punya persoalan bersama dan mau menuntut untuk memperbaikinya, maka kita meski bicara strategi. Memang jika kita bicara strategi, cukup banyak strategi yang bisa di pakai. Tetapi pasti ada tahapannya. Disinilah kemudian kita harus melilih dan menentukan strateginya. Pertanyaanya kemudian, apakah kita mau berjuang sendiri, atau secara bersama-sama? Kalau bersama tentu harus ada wadahnya, atau alatnya yaitu Serikat buruh. Berarti tahapan yang mungkin di lakukan adalah berdiskusi menuju pembentukan Serikat buruh. Ini hanya tahapan-tahapan atau tekhnis menetukan strategi, tanpa bermaksud menegasikan persoalan pokoknya. Upah layak harus di rebut, Cuti harus di jalankan, jamsostek dan tunjangamn yang lain juga harus kita dapatkan. Namun semua butuh stratergi yang matang.
Tuntutan buruh adalah tuntutan yang sangat realistis, karena semua itu muncul berdasarkan fakta bahwa, saat ini penghasilan yang di dapat oleh buruh sangat tidak mencukupi bagi keberlangsungan hidup para buruh. Adanya kebutuhan hidup yang tidak bisa di tunda. Kondisi ini tentunya bisa kita rasakan dan itu sebuah kenyataan, karena materialisme selalu bicara berdasarkan kenyataan yang ada dan bukan mengada-ngada.
3. PERSOALAN DAN KATEGORI FILSAFAT
Filsafat mempersoalkan masalah-masalah etika/moral, aestetika/seni, sosial/politik, epistimologi/tentang pengetahuan, ontologi/tentang manusia. Kategori persoalan filsafat meliputi soal-soal hubungan antara bentuk dan isi, sebab dan akibat, gejala dan hakekat, keharusan dan kebetulan, keumuman dan kekhususan.
Filsafat mempersoalkan soal-soal yang pokok. Sedang soal yang terpokok dari persoalan filsafat adalah soal hubungan antara ide dan materi, fikiran dan keadaan. Mana yang primer dan mana yang sekunder diantara keduanya itu, ide atau materi, fikiran atau keadaan. Jawaban dari persoalan yang terpokok tersebut akan membagi semua aliran filsafat menjadi dua kubu, kubu Filsafat Idealisme dan kubu Filsafat Materialisme.
Semua aliran filsafat yang memandang dan menyatakan ide atau fikiran sebagai hal yang primer, dan materi atau keadaan sebagai hal yang sekunder, termasuk dalam kubu filsafat idealisme. Sebaliknya, semua aliran filsafat yang memandang dan menyatakan materi atau keadaan sebagai hal yang primer, dan ide atau fikiran sebagai hal yang sekunder, termasuk dalam kubu filsafat materialisme.
4. ALIRAN DAN KUBU FILSAFAT
Filsafat mempunyai banyak sekali aliran. Tapi dari semua aliran yang banyak sekali itu bisa dibagi hanya dalam dua kubu, kubu filsafat idealisme dan kubu filsafat materialisme.
Aliran pokok filsafat adalah idealisme dan materialisme. Tapi disamping dua aliran pokok itu, terdapat aliran filsafat dualisme. Walau begitu, aliran filsafat dualisme pada hakekatnya juga termasuk aliran filsafat idealisme. Karena itu aliran filsafat dualisme juga termasuk kubu filsafat idealisme.
Filsafat dualisme pada hakekatnya juga filsafat idealisme karena pandangannya didasarkan pada ide yang mereka-reka. Filsafat dualisme yang memandang ide dan materi, fikiran dan keadaan, sebagai hal yang kedua-duanya primer. Tidak ada yang sekunder. Pandangan itu jelas tidak berdasarkan kenyataan. Itulah idealismenya filsafat dualisme.
5. WATAK DAN KELAS FILSAFAT
Filsafat selalu mencerminkan watak dan mewakili kepentingan klas tertentu. Karena itu filsafat selalu mempunyai dan merupakan watak dari suatu klas. Filsafat Idealisme mencerminkan watak dan mewakili kepentingan klas pemilik alat produksi yang menindas dan menghisap yaitu klas-klas tuan budak atau pemilik budak, klas tuan feaodal atau tuan tanah, klas borjuis atai kapitalis, dsb. Sebaliknya filsafat materialisme mencerminkan watak dan mewakili kepentingan klas bukan pemilik alat produksi yang tertindas dan terhisap yaitu klas buruh, dsb. Sedang filsafat dualisme mencerminkan watak dan mewakili kepentingan klas pemilik alat produksi tapi yang tertindas dan juga terhisap yaitu klas borjuis kecil.
6. PENTINGNYA BERFILSAFAT DAN CARA BELAJAR FILSAFAT
Berfilsafat itu penting. Dengan berfilsafat, orang akan mempunyai pedoman untuk bersikap dan bertindak secara sadar dalam menghadapi gejala-gejala yang timbul dalam alam dan masyarakat. Kesadaran itu akan membuat sesorang tidak mudah digoyahkan dan diombang-ambingkan oleh timbul-tenggelamnya gejala-gejala yang dihadapi.
Untuk berfilsafat, orang harus belajar filsafat. Dan belajar filsafat harus dengan cara yang benar. Cara belajar filsafat ialah harus menangkap ajaran dan pengertiannya secara ilmu, lalu memadukan ajaran dan pengertian itu dengan praktek, selanjutnya mengambil pengalaman dari praktek itu, dan kemudian menyimpulkan praktek itu secara ilmu.
7. ARTI BERFILSAFAT
Berfilsafat berarti bersikap dan bertindak secara sadar berdasarkan ilmu dan metode berfikir terhadap gejala-gejala alam dan masyarakat yang dihadapi.
Berfilsafat bukan bersikap dan bertindak secara tradisi, menurut kebiasaan atau berdasarkan naluri turun-temurun dalam menghadapi dan memecahkan problem-problem gejala-gejala itu.
8. RANGKUMAN TENTANG FILSAFAT :
A. Filsafat adalah cara memandang sesuatu hubungan berdasarkan naluri/dunia (aspek hubungan dunia subyektif) dan dunia (aspek obyektif)
Jelaskan: Berfilsafat berarti menggali pokok persoalan yang muncul/yang ada di hadapan kita secara nyata, yang bisa kita lihat, kita rasakan, bisa kita raba, untuk kemudian mencari jalan keluarnya dengan mengambil langkah langkah yang benar berdasarkan kondisi obyektifnya.
B. Kegunaan filsafat adalah sebagai alat untuk mencari sesuatu yang ilmiah, yang bisa di terima secara akal sehat, berdasarkan pandangan obyektif. Jelaskan: Contoh: Mayoritas buruh ketika menghadapi persoalan yang ada/kasus maka buruh tidak akan lagi bisa berfikir secara jernih, misalkan ketika perusahaan memPHK dirinya dengan alasan Efisiensi, Bangkrut, atau Rugi. Kemudian tanpa di berikan haknya sesuai dengan aturan, maka karena cara pandang yang di pakai hanya sekilas dan mengikuti apa yang di sampaikan perusahaan, maka buruh dengan mudah menerima karena takut bila tidak di terima, ia tidak akan mendapatkan apa-apa. Karena kita dengan mudah percaya bahwa perusahaan bangkrut dan sudah nggak punya uang. Sehingga tanpa berfikir panjang dan mencari kebenaran apa yang terjadi, ia akan menerima. Padahal yang sebenarnya terjadi adalah pengusaha memPHK hanya ingin merubah status buruhnya yang semula tetap menjadi kontrak.
C. Perlunya kita berfilsafat adalah supaya kita mampu menilai sesuatu dan memahami sesuatu itu berdasarkan kebenaran yang hakiki.
Jelaskan: Orang yang berfilsafat maka dia sangat jeli dalam memilih dan menetukan sesuatu tindakan, karena berdasarkan pertimbangan yang matang dalam mengambil keputusan, kaya strategi dan ia bicara/bertindak berdasarkan bukti. Dengan begitu maka ia tidak akan mudah menyerah, karena pisau analisanya cukup tajam.
II. TENTANG FILSAFAT M.D.H.
1. Arti M.D.H.
M.D.H. adalah materialisme Dialektik dan Materialisme Histori. Materialisme Dialektik berarti pandangannya materialis dan metodenya dialektis. Sedang Materialisme Historis berarti Materialisme Dialektika yang diterapkan dalam gejala sosial atau masyarakat.
2. Lahirnya M.D.H dan Penciptanya
Filsafat M.D.H lahir sesudah lahirnya berbagai macam filsafat yang pandangannya materialis atau yang metodenya dialektis. Sedang penciptanya adalah Karl Marx.
Filsafat M.D.H. merupakan hasil kesimpulan dan ciptaan Karl Marx sesudah Karl Marx belajar dan mengambil dari kebenaran ajaran pandangan Filsafat Materialisme Faeuerbach dan metode filsafat dialektik Hegel. Karl mengambil isinya yang benar dari pandangan materialis filsafat Feuerbach dan membuang kulitnya yang salah dari metodenya yang metafisis. Selanjutnya Karl Marx mengambil isinya yang benar dari metode dialektis filsafat Hegel dan membuang kulitnya yang salah dari pandangannya yang idealis.
Karl Marx menerima kebenaran pandangan materialme filsafat Feuerbach, tapi menolak kesalahan metodenya yang metafisis. Juga Karl Marx menerima kebenaran metode dialektis filsafat Hegel, tapi menolak kesalahan pandangannya yang idealis.
Kesimpulan dari itu Karl Marx menciptakan Filsafat M.D.H dan lahirlah filsafat M.D.H. Karl Marx.
3. Ciri dan Watak Klas M.D.H.
Ciri-ciri filsafat M.D.H. ialah; Ilmiah, Objektif, Universal, Praktis, Lengkap dan Revolusioner.
Ilmiah, karena metodenya dialektis.
Objektif, karena pandangannya materialis.
Universal, karena ajarannya tidak hanya berlaku didalam alam, tapi juga berlaku didalam masyarakat.
Praktis, karena ajarannya dapat dibuktikan dan dilaksanakan.
Lengkap, karena ajarannya tidak hanya bicara soal alam, tapi juga soal masyarakat.
Revolusioner, karena ajarannya selalu berpihak kepada apa yang sedang tumbuh dan melawan apa yang sedang melayu berdasarkan hukum perkembangannya. Selanjutnya selalu menuntut penghancuran terhadap apa yang sudah tua, dan membangun yang baru dan lebih maju.
Filsafat M.D.H. mencerminkan watak dan mewakili kepentingan klas bukan pemilik alat produksi yaitu klas buruh atau klas proletar yang tertindas dan terhisap, serta merupakan satu-satunya filsafat yang berpihak kepada klas buruh atau klas proletar itu.
4. M.D.H. dan Klas Buruh serta Peranannya
Filsafat M.D.H. merupakan senjata moril bagi perjuangan klas buruh. Tanpa filsafat M.D.H, perjuangan klas buruh tidak akan mempunyai kekuatan raksasa. Perjuangan tidak akan mencapai hasil yang fundamentil, dan akan gagal. Sebaliknya, klas buruh merupakan senjata materiil bagi filsafat M.D.H. Tanpa klas buruh, filsafat M.D.H. tidak akan mempunyai kekuatan dan tidak akan ada artinya sebagai ilmu sosial. Sebab, hanya klas buruh yang mampu dan konsekuen melaksanakan ajaran Filsafat M.D.D. didalam praktek.
5. Pentingnya Berfilsafat M.D.H.
Filsafat M.D.H. adalah filsafat yang benar. Karena itu berfilsafat M.D.H. penting. Dengan berfilsafat M.D.H, orang akan memiliki ilmu berfikir, pandangan dan metode berfikir yang benar. Dengan itu berarti mempunyai pedoman yang tepat untuk mengambil sikap dan bertindak yang tepat dalam menghadapi gejala-gejala dan memecahkan problem-problemnya yang timbul didalam alam dan masyarakat.
Dengan begitu, orang yang berfilsafat M.D.H. akan memiliki pandangan yang jauh kedepan dan revolusioner. Juga akan mempunyai sikap yang teguh dan konsekuen, tidak mudah digoyahkan dan dombang ambing oleh keadaan atau oleh gejala-gejala yang dihadapi.
6. Cara Belajar Filsafat M.D.H.
Filsafat M.D.H. adalah suatu ilmu dan merupakan senjata perjuangan revolusioner klas buruh atau klas yang tertindas dan terhisap. Karena itu belajar filsafat M.D.H. harus secara ilmiah dan berwatak klas buruh, yaitu :
Dengan pendirian klas proletar dan melawan ideologi klas non-proletar yang ada didalam diri sendiri.
• Secara ilmiah dan melaksanakannnya didalam praktek.
• Menarik pengalaman dari pelaksanaan praktek dan menyimpulkan hasil praktek itu.
• Menangkap pengertian dan menggenggam semangat revolusionernya serta selalu menuntut perubahan dengan membangun yang baru dan lebih maju.