Apakah Anda siap disebut wartawan dan menjalani
profesi jurnalistik? Jika ya, Anda harus mampu melakukan wawancara sesuai
dengan kode etik jurnalistik yang telah Anda dapatkan sebelum sesi ini. Jika
Anda meramu tulisan dari berbagai sumber tertulis dan mengobservasi peristiwa
di lapangan serta wawancara tanpa berpatokan pada kode etik jurnalistik, Anda
disebut penulis atau pelapor, atau sedikit lebih keren, observer!
Kembali ke lap
top! Makalah ini dijuduli demikian, karena dalam praktiknya,
wawancara tidak hanya berlaku bagi wartawan dalam mendapatkan informasi dari
sumber berita, tetapi juga berlaku dalam perekrutan karyawan atau promosi
karyawan untuk jabatan yang lebih tinggi dalam sebuah perusahaan.
Meskipun demikian, kedua jenis
wawancara tersebut merupakan percakapan yang diarahkan oleh si pewawancara
dengan tujuan memperoleh informasi dari pihak yang diwawancarai dengan cara
menggali dan mengarahkan. Khusus untuk praktik jurnalistik, keberhasilan tugas
jurnalisme terletak pada sumber berita dan keberhasilan Anda sebagai
wartawan dalam mengorek informasinya. Keberhasilan mengorek informasi tersebut
sangat bergantung pada kemampuan Anda menggunakan teknik wawancara.
1. Sejarah Singkat Wawancara
Kunci wawancara yang baik “memungkinkan
sumber berita mengatakan apa yang sebenarnya dipikirkannya, bukan memikirkan
apa yang hendak dikatakannya” (Mike Fancher, wartawan Seattle Times dalam
Kusumaningrat, 2005: 189).
Perlu Anda pahami, wawancara merupakan salah satu dari empat teknik pengumpulan
informasi, yakni observasi langsung dan tidak langsung; pencarian melalui
catatan publik dan partisipasi dalam peristiwa.
Teknik wawancara dikenal pada abad ke-19,
ketika pertama kalinya sebuah wawancara disajikan sebagai suatu karya
jurnalistik oleh James Gordon Bannet pada 1836. Namun semua koran di London
mencemoohkannya, karena dinilai cuma bualan yang merendahjkan praktik
jurnalistik. Di Amerika Serikat, pada 1700-an, awal tumbuhnya persuratkabaran,
wartawan negara itu belum menjadikan wawancara sebagai faktor penting
praktik jurnalistik. Presiden Lincoln yang terkenal itu sering bercakap-cakap
dengan wartawan, namun tidak pernah wartawan tersebut mengutip percakapan
mereka. Charles Nordhhoff, Redaktur Pelaksana The Evening Post, New York menulis
percakapannya dengan Presiden Andrew Johnson, namun tulisannya itu tidak pernah
dimuat oleh pemimpin redaksinya.
Baru pada abad ke-20, praktik wawancara
diakui dan mencapai puncaknya. James Reston, Bob Woodward dan Carl Bernstein
menelurkan karya jurnalistik yang hebat berdasarkan wawancara mereka. Era interview journalism
berlanjut sampai sekarang bahkan wawancara dianggap sebagai tulang punggung
pekerjaan jurnalistik serta kemampuan dan keterampilan yang mutlak dimiliki
wartawan.
2. Persiapan Wawancara
Pada
dasarnya, di dalam suatu wawancara, pasti ada yang mewawancarai dan yang
diwawancarai. Jadi, pasti ada pertanyaan dan ada pula jawaban. Persiapan
wawancara sangat bergantung pada bentuk tulisan atau acara_jika medianya
elektronik_ yang diinginkan, atau pada penugasan redaktur Anda. Contoh, Anda
ditugaskan untuk meliput peristiwa peledakan Bom Bali Kedua pada 2005.
Apakah wawancara yang Anda lakukan tentang peristiwa tersebut bertujuan untuk:
1. menggali lebih jauh (digging the news) dan
hasil penggalian itu ditulis sebagai berita keras (hard news)?
2. atau sebagai cerita
pelengkap (sidebar atau
singleout)?
Untuk keperluan tujuan wawancara yang
pertama, Anda tentu menggali hal-hal yang mengungkap latar belakang peristiwa
dan akibat yang ditimbulkan. Caranya dengan mewawancarai pihak kepolisian serta
satpam di sekitarnya dan beberapa saksi mata. Dalam hal ini tidak lupa juga
meminta tanggapan sumber berita yang memiliki keahlian untuk mengurai teknologi
bahan peledak yang digunakan.
Membaca kliping berita tentang peristiwa
serupa dapat memberikan inspirasi untuk menyusun pertanyaan. Demikian pula
dengan membaca ensiklopedia untuk mencari tahu arti istilah TNT (trinitrotuluene), sebelum
melakukan wawancara untuk minta keterangan dari ahli bom dan pakar laboratorium
forensik Polri yang menganalisis peristiwa serupa selama ini.
Untuk keperluan tujuan wawancara yang kedua,
penggalian berita lebih ditujukan pada hal-hal yang sifatnya memiliki unsur human interest guna
menggugah empati pembaca, seperti latar belakang korban, kisah anak yang
ditinggalkan ibu yang menjadi korban, dan sebagainya.
Kesalahan yang paling umum dijumpai pada
banyak wartawan, aplaagi wartawanpemulaadalah kurangnya persiapan sebelum
melakukan wawancara. Akibatnya, ketika terjun kelapangan untuk menemui sumber
berita, wartawan tersebut sering kurang memiliki kedalaman dalam menyusun
pertanyaan atau mengajukan pertanyaan yang seharusnya tidak perlu, karena
bentuk pertanyaannya terlalu standar, sehingga membuang waktu yang berharga
bagi kedua belah pihak.
Kurangnya persiapan membuat Anda kurang
menguasai persoalan dan kurang pula penghargaan yang diperoleh dari sumber
berita. Jika ini yang terjadi, maka Anda menghadapi sebuah awal kerja yang
tidak menguntungkan.
Mempersiapkan diri sebelum wawancara mutlak
hukumnya, bahkan untuk pergi ke sebuah acara pun. Anda harus memperhitungkan:
1. Siapa saja yang
hadir?
2. Adakah
mereka bisa menjawab hal-hal yang ingin diketahui?
3. Jika tokoh “Si Polan”
hadir, apa yang bisa ditanyakan kepadanya?
Untuk berita harian dan mingguan, Anda harus
membiasakan diri untuk mengetahui topik yang sedang hangat di tengah
masyarakat. Topik yang sedang hangat ini dikenal dengan istilah “quote of the day”. Untuk
mengetahuinya, Anda harus mengikuti trend berita setiap hari, dan membiasakan
diri membaca koran, majalah, dan buku-buku yang berhubungan dengan topik hangat
tersebut. Dengan begitu, Anda memperoleh bahan wawancara yang sangat besar,
khususnya untuk feature
yang memprofilkan seseorang.
Anda harus ingat, wartawan bukan
saja mewakili media tempat Anda bekerja, tapi juga menjadi wali bagi pembaca di
setiap peristiwa. Oleh karena itu, berita yang Anda tulis harus dapat membuat
pembaca seakan-akan berada di tempat kejadian, begitu juga dalam feature profil hasil
wawancara, yang membuat pembaca seakan-akan berhadapan sendiri dengan tokoh
yang diprofilkan, karena penulisan tentang faktanya hidup dan rinci.
Di samping itu, Anda juga harus tahu bahwa
banyak persoalan yang bertalian dengan profesi, birokrasi dan berbagai
persaingan yang menuntut pemikiran dan pengambilan keputusan dengan cepat,
tepat, terarah dan bermanfaat. Sehubungan dengan itu, masyarakat cenderung
memilih informasi yang dapat membantu menyelesaikan masalah yang dihadapi
mereka. Karenanya, media yang spesifik diminati sepanjang dapat memenuhi
kebutuhan mereka.
Kebutuhan yang dimaksud berkisar pada:
kebutuhan untuk mengikuti perkembangan aktual dalam lingkup lokal, nasional
maupun internasional; menurunkan ketegangan, mengatasi rasa kesendirian,
mempelajari sesuatu atau mengisi waktu; kebutuhan memperoleh informasi mutakhir
sebagai bahan pembicaraan dalam pergaulan sehari-hari, perencanaan aktivitas
dan pengembangan pemikiran.
3. Jenis Wawancara
3. 1 Menurut Caranya
3. 1. 1 Cara Wawancara Tatap Muka
Wawancara ini dilakukan dengan cara
berhadap-hadapan yang memungkinkan penggalian informasi lebih dalam dan luas,
karena sebelumnya dilakukan perjanjian dengan sumber berita, topik dan fokusnya
sudah dirancang, bahkan kesempatannya pun lebih khusus, baik tempat maupun
waktu yang disediakan.
3. 1. 2 Cara Wawancara Melalui Telepon
Ini
dilakukan untuk mengkonfirmasi dan mengejar deadline.
Percakapannya sangat singkat dan umumnya sumber berita sering menolak untuk
menjelaskan setiap pertanyaan secara panjang lebar, kecuali sumber berita sudah
akrab dan biasa menjadi sumber berita si pewawancara.
Dibandingkan
dengan wawancara tatap muka, wawancara telepon lebih terbatas, pewawancara
tidak bisa melihat langsung mimik lawan bicara, padahal mimik dapat menyiratkan
bahasa tbuh seseorang tentang kebenaran yang diucapkannya.
3. 1. 3 Cara Wawancara Kelompok
Wawancara ini dilakukan lebih dari satu orang
sumber berita dalam satu kesempatan. Kesempatan seperti ini biasanya muncul
ketika terjadi peristiwa bencana alam atau kriminalitas, namun bisa juga untuk
keperluan menulis feature keluarga
yang berhasil
3. 2 Menurut Tujuannya
3. 2. 1 Tujuan Berita Kutipan (Quote
Story/ Talking News)
Berita
kutipan adalah berita yang berisi pernyataan-pernyataan yang diucapkan
seseorang atau beberapa orang sumber berita yang bidang keahlian, pengetahuan,
atau keadaan pribadinya memberi makna pada pernyataan-pernyataannya.
3. 2. 2 Tujuan Berita Wawancara
Berita
yang didasarkan pada wawancara adalah berita yang faktanya dikumpulkan melalui
proses wawancara. Dalam hal ini wartawan bertanya dan sumber berita
menjawab.
Perbedaan wawancara untuk berita kutipan dengan berita wawancara terletak pada
tekanan beritanya. Berita kutipan fakta-faktanya didapat dari hasil wawancara,
tetapi tekanannya bukan pada faktanya, tapi pada penilaian dan validitas sumber
berita,yaitu keahliannya.
4. Proses Wawancara
Jurnalisme modern mengenal 3 bentuk berita yang dihasilkan dari 3 macam
wawancara: (1) wawancara berita (news
interview yang memberikan keterangan ahli tentang masalah yang
sedang hangat; (2) wawancara profil pribadi (personality
interview) yang memberikan kesempatan kepada sumber berita yang
diwawancarai untuk mengungkapkan kepribadiannya melalui kata-katanya sendiri;
(3) wawancara kelompok (symposium
interview) yang mengangkat pandangan atau sikap sejumlah responden,
yang kadang-kadang dalam jumlah yang besar, sebagai berita.
4. 1. Proses Wawancara Berita
Berita
kutipan dengan ahli planologi merupakan contoh hasil wawancara berita. Berikut
adalah ciri utama wawancara yang termasuk dalam kategori wawancara berita.
1.
Masalah
yang menjadi pokok wawancaranya berasal dari topik yang sedang hanta
diberitakan.
2.
Sumber
beritanya, narasumber yang diwawancarai memenuhi syarat untuk menjelaskan atau
memberikan penerangan bahwa fakta-fakta saja belum mengungkapkan kejelasan. ia
biasanya merupakan sumber berita yang akan dipercaya oleh khalayak karena
keahliannya, pendidikannya, posisinya, atau statusnya.
3.
Hasil
wawancara menambah pengetahuan atau pemahaman khalayak secara berarti tentang
sesuatu masalah. ia menjelaskan, meluaskan wawasan, menghilangkan prasangka,
memberikan pandangan dengan kegelisahan atau dengan optimisme. Ia menawarkan
pendalaman yang jarang dimiliki oleh berita faktual yang sederhana.
Pentingnya berita yang ditulis dari hasil wawancara, berita ini jelas. Di abad
internet seperti sekarang ini, tidak seorang pun memiliki cukup kemampuan
untuk mengevaluasi, memahami, atau bahkan mencerna sebagian besar
fakta-fakta yang terbentang di hadapannya. Hal inilah yang membuat timbulnya
kewajiban kepada media massa untuk membantu khalayak dengan jalan menyodorkan
latar belakang fakta-fakta untuk memudahkan pemahaman.
Ketika terjadi bencana banjir Suingai Bohorok di kabupaten Langkat, Sumatrera
Utara (Sumut_ yang memakan korban 100 jiwa manusia lebih, wartawan bergegas
memburu lokasi kejadian, menghubungi pihak yang berkompeten di Sumut maupun di
pemerintahan pusat di Jakarta untukdimintaiketerangan.
Semua itu dilakukan untuk memberikan penjelasan dan membuat interpretasi yang
dapat dipertanggungjawabkan. jurnalisme abad ini menuntut para wartawan
bekerja lebih keras lagi. Pembaca surat kabar abad ini tidak puas lagi
hanya dengan penyajian fakta-fakta. Mereka menuntut pula latar belakang
kejadian dan bagaimana prospeknya serta seberapa jauh dampak bagi
dirinya.
Perhatikan tiga ciri wawancara berita tersebut: topiknya adalah masalah hangat;
yang diwawancarai adalah pihak-pihak yang umumnya akan diterima oleh khalayak;
penjelasannya bertujuan menyingkap fakta-fakta yang tertutup kabut menjadi
fakta-fakta yang menimbulkan perasaan lega karena dipahami.
4. 2. Proses Wawancara Profil Pribadi
Wawancara
profil pribadi berada di tengah-tengah antara wawancara berita, yang memerlukan
keterangan ahli dan awwancara kelompok yang membutuhkan pandangan dan sikap
sejkumlah responden.
Umumnya wawancara profil pribadi dilakukan
dengan tokoh terkenal atau selebritas. Detail yang sifatnya intim tentang sosok
terkenal itu disajikan kepada pembaca demi kepuasan pembaca yang selalu
menyenangi tokoh terkenal dan ingin mengetahui segala hal tentang
tokoh terkenal tersebut.
Tapi tekanan dalam ketiga wawancara tersebut
tidak sama. Wawancara berita maupun wawancara kelompok berusahja mencari tahu
pendapat narasumber tentang sesuatu masalah atau topik atau peristiwa.
Wawancara profil pribadi berusaha mencari tahu hal-hal seputar diri
narasumber sendiri, terutama hal-hal yang membuat dia bisa menjadi orang terkenal
dan bagaimana kisahnya sampai ia mencapai kedudukan sebagai orang terkemuka.
Pembaca juga memiliki minat lain dalam
membaca hasil wawancara profil pribadi ini: dalam membaca berita atau tulisan
tentang sosok pribadi terkenal, pembaca biasanya menghubungkan sifat-sifat dan
kisah kehidupan tokoh terkenal atau selebriti tersebut dengan harapan menemukan
sesuatu di dalamnya yang akan membantu dia mencapai sukses dalam hidupnya
sendiri.
Dalam semua teknik pengumpulan berita, tidak
ada teknik yang paling tepat untuk mengungkapkan siapa dan apa seseorang itu
selain teknik wawancara profil pribadi. Dalam berita hasil wawancara
profil pribadi, seorang wartawan membantu narasumber menunjukkan orang macam
apa dia sebenarnya melalui caranya berbicara, bersikap dan bertindak.
Dalam wawancara profil pribadi, tokoh
terkenal atau orang yang hanya menarik itu dibiarkan mengatakan dengan
kata-katanya sendiri apa yang disukai atau tidak disukainya,m sikapnya tentang
makanan atau tentang keadaan masyarakat sekarang atau tentang jalannya
pemerintahan, tentang harapan-harapan dan antusiasmenya, tentang kekecewaannya
dan sebagainya. Apa yang dikatakan dan bagaimana sosok ini mengatakannya
membuat khalayak pembaca merasakan seakan-akan sosok ini berhadapan dengan
mereka.
Tulisan berita atau feature hasil wawancara
seperti ini nyata sekali bedanya dengan tulisan sketsa biografi. Sketsa
biografi yang ditulis dengan menjaga jarak dengan narasumber, bertutur tentang
narasumber: di mana dan kapan ia dilahirkan, berapa anaknya, kapan dia diangkat
dalam jabatannya sekarang atau kapan memulai karirnya, dan sebagainya. Sktsa
biografi lebih mirip dengan pola pemberitaan kematian atau dengan pola
tulisan dalam buku “Apa dan Siapa”. Sketsa biografi tidak atau hampir
tidak mengandung kehangatan atau keintiman wawancara, di mana wartawan
yang terampil dapat membuat ucapan-ucapan dan sikap laku narasumber terasa
hidup.
Wawancara sosok pribadi, selain dapat
digunakan untuk mem-profilkan pribadi terkenal, dapat pula digunakan
untuk mem-profilkan sosok “pribadi yang menarik” dan “pribadi yang tipikal,
yang khas”.
Sosok pribadi yang menarik tidak perlu
terkenal mungkin saja ia hanya terkenal di desanya atau kecamatannya. tapi
perjangan hidupnya bisa memberikan inspirasi bagiorang lain.Misalnya, seorang
petani yang dapat menghasilkan 10 ton padi per hektar, jumlah yang melebihi
hasil tertinggi 8 ton padi dalam sehektar.
Contoh lainnya, seorang penyembuh
alternatif yang terbukti dapat menyembuhkan penyakit kanker; seorang
pengerajin rotan yang mampu mempekerjakan para penganggur sekampungnya karena
hasil kerajinan rotannya diekspor ke luar negeri yang memberikan pendapatan
seorang pengusaha besar.
Sosok pribadi yang tipikal atau yang khas pun
sama tidak perlu terkenal, asalkan dia merupakan sosok pribadi yang berbeda
dari sesamanya. Misalnya bisa saja dia seorang tukang tambal ban yang khas cara
menambalnya; seorang anggota satpam yang khas cara menjalankan tugasnya;
seorang tukang becak yang khas karena ia punya hobi memasang bendera semua partai
di becaknya, seorang polwan yang khas, seorang pedagang mie yang khas
karena pembelinya orang-orang bermobil, dan sebagainya.
Dalam menghimpun bahan untuk menyusun tulisan
tentang profil pribadi, Anda harus memastikan untuk memberikan gambaran yang
benar dan seimbang tentang tokoh yang diceritakan, tidak hanya memusatkan
perhatian pada hal-hal yang tidak biasa tentang dia. Para pembaca ingin
mengetahui pula apa yang menjadikan sosok tersebut berhasil dalam hidupnya,
sebab itu diwawancarai pula orang-orang yang dekat dengan dia, dimintai
pendapatnya, bahkan kalau perlu musuh atau pesaingnya juga bisa dimintai
penilaiannya.
Melakukan wawancara untuk profil pribadi
sedikit berlainan tekniknya dengan wawancara untuk berita, terutama kalau
narasumber yang akan diwawancarai merasa dirinya tokoh terkemuka. Selain itu,
tokoh berita biasanya orang-orang sibuk, segala sesuatu yang menghemat waktunya
dianggap menguntungkan, sebab itu Anda sebaiknya mengadakan perjanjian terlebih
dahulu, melakukan persiapan dengan mengumpulkan sebanyak mungkin informasi
sekitar dirinya dan jika ada waktu sempatkan dulu membaca buku-buku hasil
karyanya.
4. 3. Proses Wawancara Kelompok
Wawancara
kelompok tidak dilakukan dengan satu atau dua narasumber saja, tapi dengan banyak
narasumber, karena tujuannya ntuk mendapatkan keterangan dari berbagai sumber.
Biasanyatopik yang menjadi bahan wawancara sedang hangat menjadi perhatian
khalayak, seperti masalah pemilihan presiden, misalnya, sehingga orang-orang
yang bisa berkomentar tentang masalah atau topik tersebut dapat dijumpai hampir
di segala penjuru. Penting untuk Anda perhatikan, dalam wawancara jenis ini,
topik yang menjadi bahan wawancara harus memiliki dampak yang luas. Misalnya,
kenaikan bahan bakar minyak oleh pemerintah bukan saja dampaknya dirasakan
oleh pemilik kendaraan bermotor, tapi juga oleh rakyat yang sehari-hari
menggunakan bahan bakar minyak tanah dan industri yang menggunakan solar
sebagai bahan bakar penggerak mesin di pabrik-pabriknya.
Narasumber yang diwawancarai untuk berita wawancara kelompok ini bukan
orang-orang penting atau orang yang mempunyai otoritas di suatu bidang
keahlian, tetapi orang biasa yang memiliki pandangan atau tanggapan yang
sifatnya khas. Tanggapan mereka jika dijadikan satu akan menunjukkan bagaimana
situasi yang diberitakan mempengaruhi masyarakat. Pendapat salah seorang di
antara mereka, jika diambil sendirian, sudah tentu tidak mempunyai nilai
berita. Di sini nilai itu terletak pada bobot kumulatif dari semua hasil wawancara
yang dijadikan satu. Kadang-kadang tanggapan dari kelompok yang mewakili warga
masyarakat biasa bisa bercerita banyak ketimbang berlembar-lembar pidato di
depan sidang DPR.
Perbedaan antara tanggapan ahli dan warga biasa berlaku juga sebagai unsur yang
membedakan wawancara berita dengan wawancara kelompok.Meskipun sebagian besar
wawancara berita hanya menampilkan kontribusi satu narasumber saja, beberapa di
antaranya mungkin mengambil bahan dari berbagai sumberr. Dalam pemberitaan
tentang kenaikan harga bahan bakar, misalnya, komentar datang dari
pemilik kendaraan bermotor, pengemudi angkutan kota, pemilik pabrik, dan ibu
rumah tangga. Semuanya merupakan sumber berita yang berwenang mengomentari
masalah tersebut menurut kepentingan masing-masing.
5. Wawancara yang Efektif
Upaya
meningkatkan diri secara terus-menerus dalam kemampuan mewawancarai harus
senantiasa Anda lakukan, bahkanhal ini merupakan suatu yang mutlak, jika ingin
mencapai jenjang karier yang baik dalam dunia jurnalistik. Berikut saran agar
wawancara Anda efektif dan produk wawancara Anda lebih baik.
1.
Usahakan
agar wawancara berlangsung 30 menit lebih lama dari yang direncanakan, sehingga
dalam waktu yang lebih itu bisa muncul hal yang memperkuat isi waawancara.
2.
Jangan
biarkan narasumber menunggu, datanglah tepat waktu.
3.
Usahakan
menyusun dulu peretanyaan dalam buku catatan Anda, untuk berjaga-jaga jika Anda
“mati langkah” dalam bertanya, terutama menyangkut pertanyaan pokok yang bisa
jadi sesuatu yang penting bagi narasumber. Berilah tanda untuk pertanyaan yang
sudah dijawab.
4.
Usahakan
posisi duduk tidak berjarak terlampau jauh untuk menciptakan suasan yang lebih
akrab. Jika narasumber adalah seorang eksekutif top sebuah perusahaan, usahakan
wawancara dilakukan di luar kantornya untuk menghindari gangguan yang bisa
merusak suasana. Carilah tempat yang disukainya.
5.
Usahakan
Anda selalu membawa alat tulis cadangan, begitu pula buku catatan. Selain untuk
mencegah terjadinya gangguan ketika sedang berwawancara gara-gara kehabisan
tinta atau kehabisan kertas, hal itu juga dimaksudkan untuk memperlihatkan
bahwa Anda seorang profesional. Tulislah hari, tanggal dan jam serta tempat
wawancara. Seandainya sumber berita Anda didampingi oleh asistennya atau
rekannya ketika sedang diwawancarai, catatlah nama dan nomor telepon orang itu
untuk berjaga-jaga kalau suatu saat diperlukan.
6.
Mulailah
dengan pertanyaan ringan untuk sekedar pemanasan dan menciptakan rasa percaya
diri sumber berita Anda. Jangan dulu mengeluarkan buku catatan, apalagi alat
perekam. Ciptakan dulu suasana yang menyenangkan. Mintalah izin tidak keberatan
jika wawancara itu direkan dengan alasan agar tidak salah kutip atau demi
akurasi berita.
6. Bentuk Pertanyaan Wawancara yang Efektif
Setelah
langkah awal dilakukan dan wawancara memasuki tahap mengajukan
pertanyaan-pertanyaan, Anda seharusnya mengetahui bentuk-bentuk pertanyaan yang
berbeda untuk mendapatkan jawaban yang berbeda juga. Berikut ini adalah
pertanyaan yang sebaiknya Anda pahami. Perhatikan tabel berikut.
Tabel 1
BENTUK PERTANYAAN WAWANCARA YANG EFEKTIF
No.
|
Jenis Pertanyaan
|
Contoh Pertanyaan
|
1.
|
Terbuka
|
F “Wah, Bapak rupanya
senang berolahraga. olahraga apa saja yang Bapak lakukan secara rutin?”
|
2.
|
Langsung
|
F “Bapak
Walikota, bagaimana perkembangan tentang masalah anggaran itu, Pak?”
|
3.
|
Tertutup
|
F “Berapa besar
yang dianggarkan untuk perjalanan dinas 2009, Pak?”
|
4.
|
Menyelidik
|
F “Mengapa
Bapak menganggarkan 20% lebih besar untuk perjalanan dinas 2009 depan,
Pak?”
|
5.
|
Bi-Polar
|
F “Apakah anggaran
itu diumukan kepada media pada pukul 9 pagi besok, Pak?”
|
6.
|
Cermin
|
F “Jadi, Pak Wali,
Anda mengatakan, para pejabat Anda memang perlu lebih banyak melakukan
perjalanan dinas pada 2009?
|
7.
|
Hipotesis/ Sugestif
|
F “Apakah Bapak
pernah mempertimbangkan untuk mengurangi anggaran perjalanan dinas guna
menghemat pendapatan?”
|
6. 1 Bentuk Pertanyaan Terbuka
Pertanyaan
ini diajukan untuk mencairkan kebekuan dalam awawncara dan tidak dimaksudkan
untuk mengorek keterangan yang berkaitan dengan topik wawancara. Pertanyaan ini
membuat sumber berita terpancing untuk berbicara.
6. 2 Bentuk Pertanyaan Langsung
Ketika
pertanyaan berkembang, pertanyaan dapat menjadi lebih spesifik. Pertanyaan
langsung berusaha untuk menemukan sifat atau keadaan suatu topik. Ini juga
termasuk pertanyaan terbuka.
6. 3 Bentuk Pertanyaan Tertutup
Pertanyaan langsung seringkali mendahului
suatu pertanyaan tertutup. Awas! selangkah lagi Anda bisa terjebak mengajukan
pertanyaan interogasi! Anda bukan polisi!
6. 4 Bentuk Pertanyaan Menyelidik
Pertanyaan ini seringkali mengikuti
pertanyaan langsung dan pertanyaan tertutup, bahkan lebih spesifik.
6. 5 Bentuk Pertanyaan Bi-Polar
Pertanyaan
ini diajukan untuk mendapatkan jawaban “ya” atau “tidak” tanpa komentar
tambahan.
6. 6 Bentuk Pertanyaan Cermin
Pertanyaan ini diajukan dengan menegaskan
kembali pertanyaan terdahulu dan membuat sumber berita meninjau ulang secara
singkat pernyataan sebelumnya. Jawabannya biasanya menambah pemahaman wartawan
tentang butir-butir permasalahan tertentu.
6. 7 Bentuk Pertanyaan Hipotesis atau
Sugestif
Menjelang
berakhirnya wawancara, Anda bisa bertanya kepada sumber berita untuk
berspekulasi tentang suatu topik atau pokok permasalahan yang sedang hangat.
Jika bertanya kepada Walikota tentang kemungkinan adanya pengurangan anggaran
perjalanan dinas dikurangi, maka Anda dapat mengajukan pertanyaan hipotesis.
Ini adalah pertanyaan hipotesis dalam bentuk sugesti atau saran.
7. Anjuran dan Larangan Dalam Wawancara
Di samping terampil mengajukan pertanyaan yang efektif, sebagai wartawan Anda
juga harus memperhatikan beberapa hal yang boleh dan tidak boleh dilakukan
dalam wawancara. Perhatikan tabel berikut.
Tabel 2
ANJURAN DAN LARANGAN DALAM WAWANCARA
No.
|
Anjuran
|
Larangan
|
1.
|
F menulis hal yang
penting saja, menandai hal yang menarik dalam catatan, meminta sumber berita
untuk mengulangi ungkapan yang menarik, dan melengkapi catatan setelah
wawancara
|
F menulis setiap kata
yang dikemukakan sumber berita
|
2.
|
F tenang dan punya
perhatian penuh terhadap setiap ucapan sumber berita setelah mengajukan
pertanyaan
|
F memperlihatkan
sikap seakan-akan Anda lebih mengetahui
|
3.
|
F cobalah kembalikan
pembicaraan ke pokok masalah, jika sumber berita melompat ke pokok pembicaraan
yang disukainya, tetapi menyimpang dari keinginan Anda
|
F mengorek-ngorek
hidung
|
4.
|
F Ingat! Anda adalah
wartawan yang memerlukan bantuan
|
F melihat ke kiri dan
ke kanan
|
5.
|
F ulangi dengan cara
lain pada pertanyaan berikutnya dengan menjelaskan bahwa jawaban itu penting
dan tidak memberatkan narasumber, bahkan sebaliknya, jika sumber berita
menolak menjawab sebuah pertanyaan
|
F sibuk sms atau menelepon/
menjawab telepon
|
6.
|
F tanyakanlah apakah
narasumber mau menambahkan lagi di akhir wawancara. Hal ini penting untuk
menghindari jika setelah dipublikasikan, dia menilai ada yang kurang. Di
samping itu, bisa saja muncul keterangan yang menarik karena dirasakannya
suasana wawancara cukup menyenangkan dirinya, padahal tadinya mungkin
mencurigakan.
|
|
7.
|
F mintalah
kesediannya menerima telepon jika seandainya ada hal yang terlupa. Mintalah
kartu nama untuk mengetahui ejaan nama yang benar, jabatan dan nomor
telepon/ handphone-nya.
Jika tidak ada kartu nama, mintalah narasumber sendiri menuliskan namanya
dalam buku catatan Anda disertai gelar dan jabatan, nomor telepon kantor,
telepon rumah dan telepon genggamnya.
|
|
8. Keterangan Tambahan Selama Wawancara
Jika
berminat menulis feature
tentang narasumber yang sama, Anda harus menambah beberapa keterangan tambahan
selama melakukan wawancara seperti uraian berikut.
1. Catatlah
penampilan dan sifat-sifat khusus atau tingkah laku yang dengan jelas
membedakan dia dari orang lainnya. Cermatilah dengan seksama.
2. Mintalah
nama-nama dan alamat beberapa teman dekat sumber berita dan jika mungkin juga
pesaingnya. Wawancara singkat melalui telepon dengan orang-orang ini (teman
dekat maupun pesaingnya) mungkin memberikan kedalaman perspektif yang berharga
pada hasil wawancara Anda.
3. Mintalah
kepada sumber berita Anda untuk ikut memberikan pendapat tentang dirinya
sendiri_mungkin kebiasaan atau adat-istiadatnya_yang tidak diketahui publik.
Ini semua akan memberikan pemahaman tambahan tentang kepribadian dan perilaku
sumber berita Anda.
4. Bertanyalah sedalami
mungkin tentang kehidupan keluarga sumber berita, jika perlu lakukan wawancara
dengan pasangan hidupnya, setidaknya melalui telepon untuk menambah pendalaman
tentang pribadi narasumber.
9. Wawancara Sebagai Sebuah Strategi
Anda harus paham, kerja wartawan mengandalkan
ketahanan dan tantangan fisik dan kecerdasan intelektual. Tantangan selalu saja
ada, tidak hanya di saat perang, di saat damai pun demikian. Wartawan yang
meliput peristiwa banjir, gunung meletus, kebakaran, pemogokan buruh,
huru-hara, kriminal dan peristiwa lainnya. Riskannya, seringkali tidak ada
asuransi yang diberikan dari perusahaan. Oleh karenanya, Anda perlu memasang
strategi.
Strategi ini Anda butuhkan dalam peristiwa yang biasanya dialami oleh wartawan
baru di kota kecil. Anda tiba di tempat kejadian tabrakan mobil setelah orang
banyak pergi. Korban sudah dibawa ke rumah sakit dan bekas tabrakan sudah
dibersihkan. Dalam situasi ini wawancaralah yang menyelamatkan Anda!
Keterangan tentang peristiwa tabrakan dapat
Anda himpun dengan mewawancarai beberapa penghuni rumah yang berdekatan dengan
tempat kejadian. Setelah itu Anda dapat mewawancarai polisi lalu lintas yang
bertugas di kawasan tempat kejadian tersebut yang mungkin mengetahui
nama-nama orang yang terlibat.
Jika tidak berhasil menghubungi polisi lalu
lintas bersangkutan, Anda masih dapat menghubungi bengkel terdekat untuk
memeriksa kerusakan yang dialami mobil yang bertabrakan itu. Setelah berhasil
mencatat kerusakannya, Anda juga harus mencatat nomor polisi mobil tersebut
jika pemilik bengkel tidak mengetahui nama-nama pemiliknya.
Anda juga hars menelepon atau mendatangi
kantor polisi atau kantor bersama pengurusan STNK untuk menayakan pemilik kedua
mobil yang Anda catata nomor polisinya tadi. Anda juga harus menelepon rumah
sakit terdekat. dari sumber-sumber inilah Anda berhasil mengetahui identitas
dan tempat keberadaan orang yang terlibat dalam kecelakaan tadi. Jika ada
yang mengetahui korban meninggal, Anda segera menghubungi rumah sakit yang
menampung jenazah korban.
Wawancara ini termasuk kategori wawancara
kelompok. Fakta yang diungkapkan oleh sejumlah narasumber adalah fakta seputar
kejadian tabrakan yang diangkat menjadi berita.
10. Wawancara Jurnalistik Radio dan Televisi
Banyak
mata acara di radio dan televisi yang berbentuk wawancara, baik pada karya
artistik maupun jurnalistik. Pada mata acara wawancara jurnalistik, topiknya
harus yang benar-benar diperlukan dan diingini oleh sebagian besar khalayak
serta benar-benar bersumber dari masyarakat sendiri.
Dalam
wawancara diperlukan seorang pewawancara yang pada wawancara jurnalistik harus
menempatkan diri sebagai wakil khalayak. Artinya, pertanyaan yang diajukan
kepada sumber berita merupakan pertanyaan yang memancing jawaban mereka.
Jawaban ini merupakan informasi yang bebar-benar diperlukan dan
diinginkan khalayak.
Pertanyaan yang diajukan kepada sumber berita
harus mampu memancing jawaban yang dapat mendudukkan masalah hangat pada
porsinya, sehingga setelah mendengar jawaban atau pendapat sumber berita,
ketidakpastian di tengah masyarakat menjadi berkurang atau hilang sama sekali.
Jika topik bahasan menyangkut banyak aspek,
masing-masing aspek tersebut harus terwakili oleh sumber berita yang relevan,
sehingga jalannya wawancara berimbang.
Wawancara jurnalistik yang baik
11. Menghadapi Penolakan Sumber Berita
Hal
mengecewakan yang bakal Anda alami sebagai wartawan adalah penolakan oleh
sumber berita yang hendak diwawancarai. Penolakan ini mungkin karena sumber
berita tidak ingin menjadi saksi suatu peristiwa yang menyebabkan ia dipanggil
ke kantor polisi atau ke pengadilan, atau mungkin juga karena takut mendapat
teguran dari atasannya jika ia seorang pejabat atau karyawan, dan sebagainya.
Anda harus ingat, kewajiban wartawan di jagad raya ini sama: menemukan
fakta yang harus diberitakan demi kepentingan umum! Dalam situasi seperti tadi,
Anda tidak boleh menyerah. Anda harus yakin, jika seseorang secara sengaja
menghindari wartawan dengan tidak menjawab telepon, menutup telepon, atau main
petak umpet dengan wartawan, sesungguhnya orang tersebut akan rugi sendiri,
karena sebagai wartawan, Anda juga diwajibkan memasukkan dalam berita Anda
bahwa sumber berita menolak diwawancarai atau menolak berbicara. Selanjutnya,
pembaca akan menarik kesimpulan sendiri tentang sebab-sebab penolakan tersebut.
Oleh sebab itu, Anda harus memberi tahu juga kepada sumber berita bahwa
penolakannya itu juga akan Anda beritakan. Pemberitahuan demikian biasanya akan
mengurungkan niat sumber berita untuk tetap bungkam.
Sumber berita terkadang melakukan penolakan karena takut pernyataannya
ditangkap atau dikutip secara keliru seperti yang ia baca dan saksikan di media
massa. Untuk menghadapi hal ini, Anda harus memperlihatkan sikap yang
menesankan kepercayaan pihak sumber berita. Cara melakukan pendekatan pun
sangat menentukan dalam membuat sumber berita berbicara.
Katakanlah kepada sumber berita bahwa tujuan mewawancarai dia didasari itikad
baik dan niat mencari keterangan secara akurat dan berimbang. Jika Anda
berhasil meyakinkannya, maka sumber berita tersebut akan berterima kasih
karena akhirnya ia dapat berbicara kepada seseorang yang menaruh simpati
terhadapnya dan memberikan kesempatan kepadanya untuk berbicara menurut
versinya sendiri tanpa menjelaskan fakta yang sebenarnya.
Perilaku yang suka menggertak dan membual sering ditemui wartawan di lapangan.
Beruntung jika Anda memiliki sedikit informasi yang tidak diharapkan oleh
sumber berita tersebut. Dengan memasukkan informasi ini secara cerdik ke dalam
wawancara, Anda dapat membendung nafsu sumber berita untuk menggertak dan membual.
Namun sebaliknya, jika Anda tidak memiliki penghetahuan untuk menggertak sumber
berita, Anda akan membuka front melawan pernyataan dengan pernyataan. Selamat
bertugas!
***