"Aku adalah kematian, sepanjang malam aku begitu lelah memilih, siapa yang dengan rela memberikan nafasnya untuk kupinta bersama cahaya dan kubawa ke angkasa.
Jika rambut putihku bertambah setiap hari, maka berkuranglah satu kehidupan, karena roh manusia yang aku bawa akan menempel di ubanku".
"Mimpiku pecah, aku telah mati bahkan sebelum tuhan menciptakan kematian itu sendiri".
"Datanglah lagi besok, temani aku dan kita bercakap lagi tentang mimpimu yang pecah itu"
"Jika yang kamu minta adalah kematianku, sebenarnya aku sudah tidak punya sejak lama, sejak kekasihku pergi disuatu senja yang buta, aku merasa kematian telah masuk perlahan melaluli pori lubang hidungku, disetiap detik aku mengingatnya. Maafkan, aku tidak lagi mempunyai kematian yang bisa kamu ambil, tetapi kamu boleh mengambil rohku kapan saja, kalau perlu nanti malam sekalipun".
"Tunggu aku tengah malam nanti, aku akan datang dan kamu akan melepas semua kesedihan dan rohmu".
"Kekasihku, kematian harus dirayakan. Tertawalah, seperti hari kelahiranku disambut dengan suka cita, bunyikan musik penuh keceriaan dan menarilah dalam dentang riang, karena rohku akan kembali pulang. Kesedihan dan air mata tidak akan menjadi apa-apa, bakarlah aku nanti, tebarkan abuku ke angkasa, jika kamu rindu pandangi saja bintang-bintang di angkasa".
Saat kita kehilangan impian dan harapan. Kematian menjadi satu-satunya jalan yang tersisa. Tetapi pada saat itu juga kita belajar bahwa kita masih berharap untuk hidup walau berkeinginan untuk menghadapi kematian. Dan tanpa kita sadari kematian telah "mati" dari hidup kita dengan adanya sedikit harapan untuk "hidup".
Nb: Tulisan di atas merupakan petikan percakan dalam film animasi 3D karya anak bangsa yang berjudul "MORIENDO".
Nb: Tulisan di atas merupakan petikan percakan dalam film animasi 3D karya anak bangsa yang berjudul "MORIENDO".